Korban Topan Pam Vanuatu Membutuhkan Semua Pertolongan

20.39 / Diposting oleh nivra /

VANUATU – Pada Selasa daerah Vanuatu dihadapkan dengan kekurangan makanan yang mucul akibat kerusakan parah di sekitar bagian luar pulau. Sehari setelah angin topan besar terparah sepanjang sejarah yang menghantam wilayah negara Pasifik. ... Bantuan kemanusiaan telah mengingatkan bahwa kondisi sekarang merupakan tantangan besar yang harus mereka hadapi, dengan penyakit yang menjadi perhatian utama. Presiden Baldwin Lonsdale telah mengajukan permohonan bantuan dari dunia internasional, setelah Angin Topan Pam meniup wilayah kepulauan ini dengan kecepatan 320 kilometer per jam. Pihak PBB pada Selasa mengatakan, jumlah korban tewas secara resmi sebanyak 11 orang, angka ini direvisi setelah sebelumnya dinyatakan 24 orang tewas. Tapi banyak pejabat mengantisipasi bahwa angka ini akan bertambah ketika tim penyelamat dapat menyapu daerah lebih jauh lagi di kepulauan yang porak poranda ini. Besarnya bencana ini terlihat jelas ketika tim pertama penyelamat menjangkau pulau Tanna, yang dihuni oleh 30.000 orang, terletak sekitar 200 kilometer dari ibukota Port Vila. “Penilaian mereka dari hasil observasinya bahwa kerusakan yang terjadi jauh lebih parah dibanding Port Vila, “ucap Tom Perry dari CARE Australia kepada media AFP. Perry menambahkan, rumah sakit disini dapat menjalankan aktifitasnya, namun atapnya telah hilang. Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop mengatakan pengintaian yang dilakukan pihak militer Australia menyatakan kerusakan terparah terjadi di wilayah selatan pulau. “Terutama pulau Tanna, dimana terlihat lebih dari 80% rumah – rumah dan bangunan hancur sebagian atau seluruhnya, “ucap Bishop seperti dilansir AFP. “Tak hanya bangunan yang diratakan, tapi juga perkebunan kelapa, pohon – pohon lainnya. Ini pemandangan yang menghancurkan, “tambah Bishop. Jalur penghubung ke 80 pulau lainnya di sepanjang kepulauan ini, yang kebanyakan hanya dapat ditembus dengan perahu, masih belum berfungsi. Benjamin Shing, seorang staf kepresidenan Lonsdale mengatakan, warga yang selamat akan cepat kehabisan makanan. “Minggu pertama kami bergantung pada fakta bahwa tanaman pangan dan kebun yang masih dapat dikonsumsi, itu semua dapat digunakan pada minggu pertama. Tapi setelahnya para warga harus mendapatkan ransum, “ucap Shing kepada ABC News. Dengan hilangnya tanaman pangan, Shing khawatir hal terburuk bagi negara yang sebagian besar bergantung pada penghidupan pertanian, aka nada banyak kematian. “Kami sangat prihatin akan keselamatan dan kesejahteraan dari banyak kelompok warga yang dipengaruhi oleh bencana ini. Terutama di bagian pulau – pulau terpencil yang hanya dapat dijangkau dengan perahu, “ungkap pemimpin regional Federasi Internasional Palang Merah (IFRC), Auralia Balpe. Pemerintah memperkirakan 130.000 warganya menderita akibat hantaman Topan Pam, jumlah ini hampir separuh dari total populasi. Badai ini membuat 3.300 orang kehilangan tempat tinggalnya dan otoritas mengantisipasi bahwa jumlah ini akan naik jika pulau terluar Vanuatu sudah dapat dijangkau. Palang Merah Vanuatu telah mengkordinasikan upaya bantuan bersama pemerintah dengan bantuan – bantuan agensi lainnya. Kebutuhan seperti selimut, terpal, sistem pemurnian air, kebutuhan dapur semuanya telah didistribusikan. “Kami akan membutuhkan semua bantuan yang bisa didapat dalam minggu atau bulan mendatang, “ucap Jacqueline de Gaillande, ketua operasional palang merah Vanuatu. “Kami membutuhkan segera. Para pengungsi putus asa untuk mendapatkan air bersih, makanan dan penampungan layak dan waktu sangat berharga, “tambah Gaillande. IFRC mengajukan permohonan bantuan untuk memenuhi kebutuhan mendesak bagi 60.000 orang yang terkena dampak bencana. Samuel Toara, 25, merupakan salah satu korban selamat mengatakan bahwa ia mengira hampir tak akan selamat dari hembusan topan ini. Dengan berlindung dibawah gelap gulita bersama dengan dua pemuda lainnya, ketika gemuruh badai melewati rumahnya. “Tiupan angin sangat kencang. Suaranya seperti pesawat yang terbang dengan sangat rendah, “kata Toara kepada AFP. Ketika hujan lebat turun, menyebabkan sebagian atap rumahnya yang terbuat dari logam bergelombang dan kayu menjadi terangkat. “Hujan dan angin seperti kepulan asap membuat banjir setinggi lututku. Namun aku mengingatkan kepada dua pemuda untuk tidak khawatir dengan banjir, selama kita masih selamat, “tambah Toara.

Label: , , , , , , ,

0 komentar:

Posting Komentar