Angin Topan Hantam Vanuatu, Distribusi Logistik Menjadi Masalah

20.28 / Diposting oleh nivra /

Presiden Vanuatu memohon bantuan kepada dunia pada Senin untuk membantu negaranya yang dihantam angin topan Pasifik. Infrastruktur Vanuatu sangat hancur berantakan, hal yang paling mengkhawatirkan adalah maraknya penyakit. ... Presiden Baldwin Lonsdale mengatakan kebutuhan pertolongan secepat mungkin setelah angin topan Pam memporak porandakan negara pada Jum’at malam, membawa hembusan yang sangat kencang hingga mencapai 320 kilometer per jam, meninggalkan kerusakan parah. Saat Presiden Lonsdale sedang berkunjung ke Jepang untuk menghadiri Konferensi Bencana, ketika hendak pulang ia mengatakan kemiskinan berantai yang terjadi di pulau ini memerlukan dukungan keuangan jangka panjang. “Bantuan kemanusiaan dibutuhkan secepatnya, kami butuh itu sekarang, “ucap Presiden Lonsdale kepada AFP. “Setelah pengembangan yang kami lakukan selama beberapa tahun belakangan ini dan dengan sekejap angin topan datang mengahancurkannya. Semua infrastruktur pemerintahan yang telah dibangun. Hancur semuanya, “tambah Presiden Lonsdale. “Kami membutuhkan pendanaan international untuk membangun kembali semua infrastruktur, “lanjut Presiden. Banyak dari pemimpin dunia yang telah menjanjikan dukungan dan pesawat militer dari Australia, Selandia Baru dan Perancis telah tiba berisikan makanan, penampungan, obat – obatan, generator bersamaan dengan tim bantuan bencana. Secara resmi jumlah korban meninggal di ibukota yang hancur lebur, Port Vila, dimana tim penyelamat mengatakan bahwa hampir 90% rumah penduduk hancur. Enam rumah masih berdiri, korban luka mencapai 30 orang. Meskipun ada kekhawatiran bahwa angka kematian ini adalah sebagian kecil dari jumlah sesungguhnya akibat hantaman angin topan. Perdana Menteri Joe Natuman mengatakan saat badai topan melanda ia sedang berada di dalam rumah. “Aku katakana bahwa itu sangat menakutkan, “ucap Natuman kepada ABC News. “Seperti suara rebut yang sangat berisik. Sepanjang malam, suara berisik, Guntur, sambaran petir. Ketika Anda menengok keluar tak ada yang dapat dilihat, “tambah Natuman. Sementara bantuan kemanusiaan terus berdatangan, tim pekerja mengatakan tidak ada cara untuk mendistribusikan pasokan yang sangat dibutuhkan si seluruh kepulauan yang terdiri dari 80 pulau kecil. Diperingatkan bahwa akan membutuhkan waktu berhari – hari untuk mencapai desa – desa terpencil yang diratakan oleh hantaman topan ini. Oxfam, organisasi dunia yang menangani kemiskinan melalui Direktur Colin Collett van Rooyen di Port Vila mengatakan kekurangan air bersih, toilet sementara, tablet pemurnian air, peralatan kesehatan semuanya itu harus ditangani dengan cepat. “Jum’at malam merupakan keadaan darurat pertama dengan datangnya angin Topan Pam, tanpa adanya air bersih, pemeliharaan kebersihan sehingga penyakit menjadi keadaan darurat yang kedua, “ucap van Rooyen. “Terdapat lebih dari 100.000 orang yang diperkirakan kehilangan tempat tinggal, semua sekolah hancur, tempat evakuasi yang penuh, kerusakan pada fasilitas kesehatan dan kamar mayat, “lanjut van Rooyen. Charlotte Gillan, seorang paramedis asal Australia yang tinggal di desa Tango di pinggiran Port Vila mengatakan bagian depan dari rumahnya runtuh. “Aku berlinang air mata melihat kehancuran parah ini, “ucap Gillian. “Dengan banyaknya hujan turun dan sampah disekitar, maka akan timbul penyakit malaria dan demam berdarah Dengue, begitu juga dengan diare dan muntah – muntah akibat air yang terkontaminasi. Para warga disini sangat tergantung pada kebun mereka menghasilkan makanan. Tapi semua itu telah hilang, “sambung Gillian. Direktur Save the Children Vanuatu, Tom Skirrow mengatakan tantangan logostik kali ini lebih buruk dibanding dengan Angin Topan Haiyan, yang menghantam Filipina pada November 2013. Insiden tersebut menewaskan lebih dari 7.350 orang. Merusakkan wilayah di Filipina setara luasnya dengan negara Portugal. “Aku berada di lokasi topan Haiyan sebgai tim penyelamat dan aku jamin 100% kali ini akan jauh lebih sulit dalam distribusi logistic, “ucap Skirrow. Ketua Federasi Palang Merah Internasional wilayah Pasifik, Aurelia Balpe menyetujui bahwa tantangan yang dihadapi oleh tim penyelamat mungkin belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah itu. “Aku tak menyangka apakah ada kerusakan sebesar ini sebelumnya dalam satu wilayah, “ungkap Balpe. Skirrow mengatakan jalur penerbangan di pulau terpencil di kepulauan itu yang terbentang lebih dari 12.000 kilometer persegi, dipastikan mengalami kerusakan sangat parah di wilayah yang berpenduduk 270.000 jiwa.

Label: , , , ,

0 komentar:

Posting Komentar