Politisi senior Jerman telah mengajukan untuk diperketatnya penjualan senjata kepada warga sipil. Hal ini terkait dengan insiden penembakan masal di Munich, Jerman pada Jum’at (22/7). Sigmar Gabriel Wakil Kanselir Jerman mengatakan apa pun yang mungkin harus dilakukan untuk membatasi akses terhadap senjata yang mematikan. Foto/Youtube: Sonboly terekam kamera amatir sedang menembak dari gedung parkir Mall Olympia ... “Kami harus terus melakukan apa yang bisa untuk membatasi dan memperketat pengawasan terhadap kepemilikan senjata,” terang Gabriel seperti dilansir BBC. Dia menambahkan pihak keamanan tengah melakukan investigasi bagaimana Sonboly seorang remaja dengan dua kewarganegaraan Jerman – Iran bisa memperoleh senjata. Meskipun dia menunjukkan tanda-tanda adanya masalah psikologis. “Pengawasan senjata menjadi sebuah hal yang sangat penting,” tambah Gabriel. Thomas de Maiziere Menteri Dalam Negeri saat melakukan kunjungan ke tempat kejadian perkara mengatakan bahwa dia akan mempertimbangkan kembali undang-undang senjata. Kepada harian Bild am Sonntag Maiziere mengatakan dia akan meninjau ulang undang-undang senjata dan jika diperlukan akan dilakukan revisi. Dia menambahkan sangat penting juga untuk mengetahui bagaimana caranya pelaku mendapatkan senjata ini. Perpustakaan Kongres Amerika Serikat (AS) melaporkan bahwa Jerman memiliki peraturan kepemilikan senjata yang paling ketat di dunia. Legislasi terus melakukan pengetatan sejak terjadinya insiden penembakan sekolah di Erfurt pada 2002 menewaskan 16 orang. Juga insiden Winnenden pada 2009 yang menewaskan 16 orang. Berdasarkan undang-undang itu jika calon pembeli berusia dibawah 25 tahun, maka wajib untuk menjalani evaluasi kejiwaan. Untuk jenis senjata full otomatis dilarang untuk warga sipil, sementara senjata semi otomatis penggunaannya hanya untuk berburu atau kompetisi menembak saja. Seperti dilaporkan majalah Spiegel, Jerman menduduki urutan keempat di dunia terkait kepemilikan senjata. Data survey ini dikeluarkan pada 2013 dimana AS, Swiss dan Finlandia berada diatas Jerman. Foto/EPA: Aparat keamanan Jerman berjaga di sekitar lokasi penembakan Aparat keamanan terus melakukan pengamanan di sekitar lokasi kejadian. Situasi aman ini juga untuk memberikan penghormatan terhadap korban tewas dan luka. Tujuh diantara korban tewas adalah remaja. Tiga orang berasal dari Kosovo, tiga lainnya warga negara Turki dan seorang remaja asal Yunani. Sementara korban yang menderita luka dari insiden penembakan ini sebanyak 27 orang. Jumlah korban luka ini sudah termasuk 10 orang dengan kondisi kritis. Insiden penembakan terjadi di Mall Olympia yang merupakan pusat perbelanjaan terbesar di Munich. Sementara itu Joachim Herrmann Menteri Dalam Negeri negara bagian Bavaria mengatakan untuk kedepannya sangat diperlukan bantuan militer untuk mengatasi situasi darurat, seperti serangan teroris. “Kita tidak lagi hidup di jaman Republik Weimar,” terang Herrmann kepada harian Welt am Sonntag, seperti dikutip BBC. Republik Weimar merupakan periode pemerintahan Jerman sebelum diambil alih oleh Adolf Hittler. “Kami menganut demokrasi yang sangat stabil,” tambah Herrmann. Pelaku yang telah diketahui oleh otoritas keamanan sebagai Ali David Sonboly merupakan seorang remaja yang punya 2 kewarga negaraan yaitu Jerman dan Iran. Remaja usia 18 tahun ini dengan menggunakan senjata pistol jenis Glock telah menewaskan 9 orang sebelum menembak dirinya sendiri. Saat kejadian berlangsung dia juga membawa lebih dari 300 butir peluru. Polisi menemukan bukti-bukti di dalam kamar Sonboly. Dari temuannya ini diduga Sonboly sangat terobsesi dengan kekerasan menggunakan senjata api. Insiden yang dilakukan Sonboly pada Jum’at (22/7) juga bersamaan dengan lima tahun insiden pembunuhan masal yang dilakukan Anders Behring Breivik di Norwegia. Juga ditemui bahwa Sonboly menggunakan akun facebook untuk memikat korbannya. Dia mengarahkan korbannya ke restoran cepat saji Mc Donald dalam mall itu. Seorang saksi di tempat kejadian juga sempat merekam aksi Sonboly saat menembaki orang – orng yang berusaha menyelamatkan diri. Sonboly juga menembak Thomas Salbey tetangga di tempat tinggalnya. Sonboly berargumentasi dengan Salbey dari balkon apartemennya, kemudian melemparkan botol bir kepadnya. Menurut Salbey, Sonboly mengatakan padanya bahwa dirinya menerima tunjangan pengangguran kemudian uangnya untuk membeli pistol. Polisi juga belum menentukan motif dari insiden ini. Namun kepolisian mengesampingkan hubungan apapun terkait serangan kelompok militant ISIS yang baru-baru ini terjadi di Jerman dan Perancis. Polisi juga mengatakan bahwa Sonboly tidak memiliki ijin atas senjata itu, nomor seri senjata juga dihilangkan. Sonboly juga memiliki buku asal AS yang berisi tentang pembunuhan masal. Buku berjudul “Why Kids Kill: Inside The Minds Of School Shooter, karangan Peter Langman.
Label: Ali David Sonboly, Munich, penembakan Mall Olympia, Peter Langman, pistol Glock, Politisi Jerman, UU senjata, Why Kids Kill
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar