AS Memata – matai Sekutu Setianya, Prancis

20.08 / Diposting oleh nivra /

PARIS – Otoritas Prancis menyatakan keberatannya atas terbongkarnya kasus penyadapan yang dilakukan pihak AS terhadap para pejabat seniornya. Pada Rabu (24/6) saat melakukan rapat darurat kabinetnya, Presiden Prancis, Francois Hollande memberi label “Tak dapat diterima” terhadap aksi mata – mata AS dan mengingatkan pemerintahannya tidak memberi toleransi atas aksi yang berpotensi menimbulkan ancaman keamanan. ... Terkuaknya berita ini berdasarkan publikasi dalam situs wikileaks pada Selasa (23/6). Dengan judul “Espionnage Elysee”, nama dari istana kepresidenan Prancis. Dalam dokumen dengan label ‘Top Secret’ menerangkan bahwa Lembaga Keamanan Nasional (NSA) AS telah memata – matai tiga Presiden Prancis yang terakhir. Lalu pertama kali diberitakan di media French Daily Liberation dan situs online Mediapart yang tertera bahwa NSA telah memata – matai Presiden Jacques Chirac, Nicolas Sarkozy dan Francois Hollande pada periode 2006 sampai Mei 2012. Salah satu dokumen tahun 2012, menerangkan diskusi Presiden Hollande tentang kemungkinan Yunani keluar dari anggota Uni Eropa. Dokumen lainnya tahun 2011, menerangkan Presiden Sarkozy bertekad untuk melanjutkan pembicaraan damai antara Israel dan Palestina, mungkin tanpa keterlibatan AS. Dokumen 2010 menjelaskan, bahwa pejabat Prancis menyadari bahwa AS telah memata – matai mereka dan akan mengajukan keluhan terkait hal ini. “Prancis tidak akan memberi toleransi atas aksi yang mengancam keamanan dan perlindungan kepentingan, “ucap jurubicara kepresidenan Prancis seperti dilansir Reuters. Juga ditambahkan bahwa tuduhan memata – matai kepentingan Prancis juga terungkap di masa lalu. Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius telah mengirimkan surat panggilan kepada Duta Besar Amerika Serikat, Jane Hartley untuk membahas persoalan ini. Hartley dijadwalkan untuk berkunjung ke kantor kementrian luar negeri di Paris pada Rabu (24/6) siang. Presiden Prancis dijadwalkan akan bertemu anggota parlemen di kantor Istana Elysee kemarin. “Kami merasa sulit untuk memahami atau membayangkan apa motivasi sebuah sekutu memata – matai sekutu, yang sering berada dalam posisi strategi yang sama dalam urusan internasional, “Stephane Le Foll, juru bicara pemerintahan. Anngota parlemen mengatakan, bahwa Presiden Francois Hollande akan berbicara dengan Presiden AS, Barrack Obama yang telah lama menjadi negara “sekutu” bagi Prancis. Pembicaraan akan membahas tentang aksi mata – mata yang dilakukan lembaga intelijen AS kepada Hollande dan dua presiden pendahulunya. “Pembicaraan dengan Presiden AS direncanakan dalam beberapa jam mendatang, “ucap mantan Perdana Menteri, Jean-Pierre Raffarin. Dia juga dilibatkan dalam rapat dengan parlemen dengan Hollande mendiskusikan isu mata - mata ini yang bersumber dari Wikileaks. Kantor kepresidenan Prancis dalam pernyataannya mengatakan, pihak AS harus menghormati sebuah janji untuk tidak memata – matai pemimpin Prancis. Pernyataan ini dikeluarkan setelah dilakukan rapat darurat para pemimpin lembaga keamanan di Paris. Ned Price, juru bicara Dewan Keamanan Nasional (NSC) mengatakan penyadapan itu bukan ditujukan dan tidak akan ditujukan untuk mencuri informasi dari jalur komunikasi Hollande. NSC dalam pernyataannya tidak menyangkal bahwa telah terjadi penyadapan di masa lalu. Claude Gueant, mantan kepala staf pemerintahan Sarkozy dan juga menjadi salah satu target yang dilaporkan NSA. “Mengingat hubungan yang sangat dekat dengan Amerika Serikat, mengingat kenyataan bahwa kami telah menjadi sekutu yang paling setia, Saya merasa kepercayaan ini telah dirusak, “ucap Gueant kepada Radio RTL. “Ini adalah pembeberan yang menakutkan yang mengharuskan adanya keterangan dari Amerika Serikat dan menjamin hal sperti ini tak akan terjadi lagi, “ucap walikota Paris, Anne Hidalgo saat wawancara dengan stasiun televisi France 2. NSA sebelumnya telah dituduh memata – matai Kanselir Jerman Angela Merkel, Pemimpin Brasil dan juga Meksiko. Sebagian besar dari kegiatan mata – mata ini dapat dilakukan oleh diplomat AS sembari melakukan pekerjaan mereka, daripada aksi pengumpulan intelijen yang dioperasikan dari atap kantor kedutaan AS seperti yang diberitakan harian Liberation. Kesan yang diberikan adalah lembaga intelijen hanya meraup sejumlah informasi secara sembarangan dan hanya sedikit keuntungan yang didapat. “Mereka melakukannya karena mereka mampu, “ucap Francois Heisbourg seorang pakar intelijen Prancis dilansir BBC.

Label: , , , , , ,

0 komentar:

Posting Komentar