Pertemuan Pemimpin Jepang dan China Saat KAA Di Jakarta

21.10 / Diposting oleh nivra /

JAKARTA – Pemimpin dari kedua negara China dan Jepang mengadakan pembicaraan untuk kedua kalinya sejak keduanya menjabat, dengan maksud untuk memulihkan hubungan kedua negara yang pudar akibat persengketaan wilayah dan kenangan pahit akibat perang. ...Pejabat Jepang kepada media AFP mengatakan, Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe bertemu selama 30 menit di waktu senggang, saat keduanya menghadiri Konferensi Asia – Afrika di Jakarta. Dengan diawali dengan berjabat tangan sebelum dimulainya pembicaraan, keduanya terlihat lebih santai dibanding saat pertemuan November silam di China ketika itu mereka berjabat tangan dengan kebingungan. Pemerintah Beijing dan Tokyo mempunyai sejarah hubungan yang dingin sampai tingkat terbawah dalam dekade terakhir karena persaingan memperebutkan pulau yang dikuasai Jepang di Laut China Timur dan Pemerintah China berpandangan bahwa Abe tidak cukup menyadari tentang agresi masa perang Jepang. Sebelum dimulainya pertemuan, Abe yang seorang nasionalis sejati, memicu kemarahan dengan menghentikan sejenak permintaan maafnya atas amukan Jepang pada Perang Dunia II di Asia dalam pidatonya di hadapan para pemimpin – pemimpin negara Asia dan Afrika. Ia mengekspresikan ´penyesalan yang mendalam´, tapi tidak membuat sebuah ´permintaan maaf yang tulus´ atau mengacu pada ´pemerintahan kolonial dan agresi´, gagal menyuarakan kejadian penting, seperti kejadian pada 1995 saat menyatakan agresi masa perang Jepang dan menyebabkan teguran dari Korea Selatan. Pernyataan Abe saat dimulainya konferensi dua hari ini, terdengar lebih lemah dari apa yang telah disampaikan para pemimpin Jepang sebelumnya. Koferensi Asia – Afrika menjadi kunci kebangkitan negara – negara untuk membentuk identitas bersama. Mengacu kepada prinsip – prinsip perdamaian yang ditetapkan saat konferensi 1955, kepada delegasi Abe mengatakan, “Dan Jepang dengan perasaan penyesalan yang mendalam atas perang yang telah lalu, membuat janji untuk tetap menjadi sebuah bangsa yang selalu mengikuti mereka dengan prinsip yang menyeluruh, tanpa memperdulikan keadaan, “ucap Abe dilansir AFP. Pidato Shinzo Abe pada Konferensi Asia – Afrika diamati secara cermat untuk mencari petunjuk tentang sebuah pernyataan yang akan dibuatnya nanti saat peringatan 70 tahun berakhirnya Perang Dunia II. Para pengamat menunggu untuk melihat apakah ia akan mereferensikan secara langsung istilah pemerintahan kolonial dan agresi dan mengungkapkan penyesalan dan meminta maaf seperti yang dilakukan Perdana Mneteri Jepang sebelumnya pada peringatan ke 50 dan 60 tahun. Minggu ini dalam wawancara televisi dia menyarankan bahwa tidak akan mengulang permintaan maaf secara formal dalam pernyataannya. Bagi China dan Korea Selatan, yang menderita dibawah ambisi kekaisaran Jepang, penggunaan bahasa Abe menjadi petunjuk penting dari penerimaan rasa bersalah Tokyo atas kesalahannya saat perang di Asia pada 1930-an dan 1940an, yang menyebabkan jutaan orang tak bersalah tewas. Serta pernyataan yang akan dibuatnya akhir tahun ini, perhatian akan ditujukan pada pemilihan kata – kata Abe tentang perang. Akhir pekan ini Abe akan bertolak ke Amerika Serikat, selama disana ia akan membahas sidang gabungan kongres. Dalam pidatonya di Jakarta kali ini, Abe juga membuat serangan terselubung pada China tentang yang terjadi di wilayah perairan sengketa: “Kita tak seharusnya membiarkan penggunaan kekuatan negara besar untuk menekan yang lemah disekitarnya, “ungkap Abe dalam pidatonya. Selagi sengketa wilayah maritimnya dengan Jepang, China juga terpojok dengan sengketa wilayah territorial laut dengan beberapa negara di Laut China Selatan. Pidato Abe di Jakarta merupakan langkah terbarunya yang dapat memicu ketegangan regional. Pekan ini Abe mengirimkan persembahan ke Kuil Yasukuni yang kontroversial di Tokyo. Tempat penguburan yang seharusnya menjadi makam pahlawan termasuk 14 penjahat perang kejam. Pada Rabu lebih dari 100 orang anggota parlemen Jepang mengunjungi kuil ini, yang mana bagi China dan Korea Selatan memandang hal ini sebagai ketidak mauan Jepang untuk bertobat atas agresi masa lalunya serta mendapat teguran keras dari pemerintah Seoul yang sangat kecewa dan menyesal.

Label: , , ,

0 komentar:

Posting Komentar