Pangeran Naruhito Lontarkan Kritik Pada Kekaisaran Jepang

20.32 / Diposting oleh nivra /

TOKYO – Putra Mahkota Jepang Naruhito, kemungkinan akan dinobatkan sebagai pewaris tahta dari salah satu kerajaan tertua di dunia. Namun dia tidak sungkan untuk melayangkan kritik atau sejarah perang negaranya. Naruhito yang kini memasuki usia 56 tahun secara halus menyampaikan kritik yang sebelumnya belum pernah dilakukan, menyalahkan gaya hidup kaku yang dipaksakan pada anggota keluarga kerajaan selama satu dekade ini. Terutama pada penyakit depresi yang diderita istrinya yang pernah menjabat posisi tinggi sebagai seorang diplomat. ... Seperti ayahnya, pewaris tahta ini juga mengingatkan pemerintah Jepang untuk tidak meremehkan kejadian awal abad ke-20 dan aksi Jepang pada Perang Dunia Kedua. Pernyataan ini dianggap sebagai teguran terhadap pemerintahan dibawah kepemimpinan Shinzo Abe. Pernyataan ini diluar dari kebiasaan yang dilakukan oleh pihak kerajaan Jepang. Menurut konstitusi yang diberlakukan oleh tentara pendudukan Amerika Serikat paska Perang Dunia Kedua, pihak kerajaan Jepang dilarang untuk memberi pernyataan yang bermuatan nilai politik. Tentu saja hal ini menghilangkan kekuatan kerajaan sejak ayah Akihito menjabat Kaisar. Sebagai anak tertua dari dua bersaudara, Naruhito akan menjadi penerus jika ayahnya meninggal atau mengundurkan diri dari jabatan. Hal tersebut menjadi tanda dari Kaisar Akihito, 82, yang secara halus dsampaikan dalam pidatonya yang disiarkan kepada publik Jepang dan dunia pada Senin (8/8). Kaisar Akihito dalam pidatonya mengisyaratkan akan turun tahta dalam beberapa bulan kedepan. Kaisar akan mewariskan gelarnya pada Pangeran Naruhito. “Saya khawatir kondisi yang saya alami membuat saya sulit menjalankan tugas sebagai simbol negara seperti yang telah dijalankan selama ini,” terang Akihito seperti dilansir BBC. Secara singkat Naruhito mengambil tugas resmi kekaisaran pada 2012, saat Kaisar Akihito menjalani masa pemulihan kesehatan paska operasi bedah jantung dan mengatakan bahwa Kaisar harus mengurangi aktifitasnya karena faktor usia. Naruhito lahir pada 23 Februari 1960 dan menjadi pangeran pertama yang tumbuh bersama orang tuanya serta saudaranya dalam istana kekaisaran. Lazimnya adat istiadat kekaisaran Jepang mewajibkan keturunan mereka diasuh oleh pengasuh dan pejabat khusus kekaisaran yang bertanggung jawab mengawasi pendidikan mereka. Putra Mahkota menempuh pendidikan tingginya dalam bidang sejarah di Jepang kemudian pada 1980-an juga menempuh pendidikan tingginya pada Universitas Oxford selama dua tahun. Masako Owada menjadi gadis pujaan hatinya yang dinikahinya pada 1993. Owada berasal dari keluarga dengan orang tua yang berprofesi sebagai diplomat. Saat itu, Naruhito berjanji akan melindungi istrinya dari segala macam gangguan apapun ketika memasuki dunia baru kekaisran Jepang yang terkenal dengan kekakuannya. Namun keluarga kekaisaran Jepang menjalani kehidupan tertutup dalam istananya. Dikelilingi dengan tembok batu dan parit yang cukup lebar. Sebagian besar penampilan dihadapan publik anggota keluarga kekaisaran sangat diatur dengan seksama. Pada 2004 pihak istana mengumumkan bahwa putri Masako sedang menjalani perawatan depresi akut. Hal ini dikarenakan gangguan penyesuaian perilaku hampir selama masa pernikahannya. Menanggapi hal ini, Pangeran Naruhito menuduh istana melakukan pengawalan yang terlalu ketat hingga menyesakkan kepribadian istrinya. Naruhito mengungkapkan dalam hal ini dalam pernyataan publiknya dimana belum pernah terjadi sebelumnya. Kemudian Naruhito melayangkan permohonan maafnya kepada istana dan meminta tugas baru kekaisaran yang cocok dengan abad ke-21. Pangeran Naruhito sangat aktif dalam upaya konservasi air. Pada 2003 dia juga memimpin pertemuan membahas hal ini. Tapi perjuangan istrinya beradaptasi dengan kehidupan kekaisaran dan pertanyaan terbuka akan menjadi seperti apa nantinya Kaisar Jepang ini menjadi beban tersendiri bagi pasangan ini. Ibunda Naruhito, Permaisuri Michiko juga menjadi warga biasa pertama Jepang yang menikahi dengan anggota keluarga kekaisaran. Permaisuri juga menderita depresi karena berusaha menyesuaikan diri dengan kehidupan kerajaan. Michiko pernah menyatakan bahwa dia berharap memiliki jubah jerami agar menjadi tak terlihat, sehingga dia dapat pergi ke toko buku bekas di Tokyo dan dapat berjalan-jalan. Putri Owada menikahi Pangeran Naruhito serta meninggalkan karir pekerjaannya. Pada 2001, mereka dikaruniai seorang anak tunggal perempuan. Hal ini juga membuat mereka mendapat tekanan yang cukup besar dari istana yang menginginkan anak laki-laki sebagai pewaris tahta kekaisaran berikutnya. Juga telah dilakukan upaya untuk merevisi konstitusi yang dibuat sejak awal abad ke-19 yang isinya pengecualian terhadap adanya putri mahkota. Namun untuk menghindari krisis politik akhirnya pihak istana mendapat solusi dengan lahirnya anak laki-laki dari adik Pangeran Naruhito.

Label: , , ,

0 komentar:

Posting Komentar