Techpacker Aplikasi Busana Antara Perancang dan Pabrikan

19.03 / Diposting oleh nivra /

HONGKONG – Sebanyak 20.000 pembeli dan penjual dari 65 negara berkumpul pada pagelaran HongKong Fashion Week. Kali ini akan dibahas mengenai opini tentang tren berpakaian seperti apa dan gaya berpakaian apa saja yang sudah ketinggalan jaman. Berkembangnya industri fesyen skala global membuat Tam, 32, berkreasi menciptakan aplikasi perangkat lunak yang dikembangkan perusahaan barunya. ... Situs dan aplikasinya dinamai Techpacker dan bertujuan untuk membantu komunikasi antara para perancang busana dengan pabrik konveksi pembuat pakaian yang jaraknya berjauhan. “Apakah Anda seorang perancang busana ?” tanya Tam pada seseorang yang mengunjungi gerainya. “Dimana kamu bekerja dengan perusahaan konveksi ? Dalam atau luar negeri ?” sambung Tam seperti dikutip BBC. Dia begitu yakin dengan perusahaan barunya yang juga dinamai Techpacker, tahun lalu dia meninggalkan sebuah pekerjaan tetapnya sebagai karyawan pada sebuah perusahaan teknologi informasi. Kemudian bersama seseorang baru dikenalnya mulai mendirikan perusahaan. Saral Kochar, 31, warga asal Hongkong yang menjadi mitra bisnisnya. Mereka pertama kali bertemu dalam acara pertemuan pengembang teknologi remaja, saat itu Kochar menceritakan kepada Tam tentang ide Techpacker. Kochar berpengalaman pada perusahaan garmen sebagai manajer sumber daya, sehingga dia menemukan adanya celah untuk usaha di industri ini. Tam juga menyadari bahwa produk seperti ini sangat bermanfaat dalam industri fesyen. “Saya pikir, itu sangat bagus, “seru Tam. Tam dan Korchar melakukan pembicaraan lebih lanjut terkait ketertarikan mereka dan menyadari bahwa mereka memiliki keterampilan yang saling melengkapi, sehingga mereka memutuskan untuk melakukan bisnis bersama. Korchar memiliki pengalaman berurusan dengan konveksi pakaian, sementara Tam akan mengisi dengan aspek teknologinya. Tam mengakui bahwa pada awalnya dia sangat khawatir, namun setelah mempertimbangkan pengalaman kerja Kochar, kemudian dia merasa percaya diri untuk memutuskan berhenti dari pekerjaannya pada musim panas lalu. Techpacker merupakan sebuah aplikasi yang dirancang agar para perancang busana dapat mengirimkan cetak biru, berisi detil spesifikasi dan ukuran kepada pabrikan. Ini ditujukan untuk menghilangkan miskomunikasi yang dapat muncul dengan perangkat lunak pesaing yang sudah ada. Disamping itu, ini juga dapat menghemat waktu pengembangan sebuah produk. “Ini sebuah kesempatan untuk melakukan sesuatu yang berbeda, mungkin akan dapat merubah industri pakaian. Tam juga mengatakan, aplikasi ini juga menyediakan dasar bagi para perancang dan pabrikan untuk bekerja sama. Perancang dapat menyampaikan idenya dengan jelas kepada pabrikan. Jadi pabrikan dapat memberikan produk sesuai keinginan perancang. Tam juga berencana mengembangkan aplikasi Techpacker bagi kepentingan industri manufaktur lainnya, dia yakin hal ini dapat diwujudkan. Walaupun aplikasi Techpacker masih dapat diunduh secara gratis, mereka juga merencanakan untuk meluncurkan aplikasi berbayarnya pada tahun ini. Sekarang Techpacker telah memiliki 500 pelanggan. Perusahaannya juga mendapat dukungan dana dari pemerintah sebesar 333.000 dolar HongKong (Rp 582,1 juta ). Dalam waktu dekat perusahaan juga akan ditawarkan ke para investor menjadi sebuah perusahaan terbuka. Meskipun kantor pusat di Hong Kong baru memiliki tujuh orang karyawan, namun dia telah merencanakan dengan matang pertumbuhan usahanya ini, yang sekarang telah memiliki satu kantor cabang di New York, AS. Tam merupakan sosok wanita yang mungil dengan tinggi badan 1,2 meter. “Saya terlahir dengan bentuk berukuran kecil (kerdil). Sampai saat ini ibuku masih merasa khawatir apakah saya dalam keadaan baik – baik saja, “tambah Tam. Tam lahir di kota Guangzhou, China, ketika masih bayi orang tuanya pindah ke HongKong yang saat itu masih menjadi wilayah koloni Inggris. Tumbuh kembang di daerah kumuh yang dipenuhi para imigran, dia ingat sewaktu masih di sekolah sering dilecehkan oleh para murid lainnya karena postur tubuhnya yang kecil. Namun sebaliknya, dia malah berkembang dengan prestasi akademisnya yang menonjol dan didukung oleh ambisi ibunya. Tam memiliki gelar sarjana pada ilmu computer dan juga gelar paska sarjana pada Manajemen Teknologi Informasi. “Orang tua saya berpendidikan rendah, “ucap Tam. “Mereka tumbuh di China. Saat itu keadaan masih miskin. Mereka hanya lulus pendidikan dasar, “sambung Tam. “Jadi setelah tiba di HongKong ibu sangat menekankan pentingnya pendidikan, hanya dengan itu akan menuju jalan kehidupan yang lebih baik, “kilah Tam. “Di HongKong saya sangat jarang mengalami diskriminasi. Saya sangat beruntung dengan itu, guru dan orang lainnya selalu menjaga saya, “ucap Tam.

Label: , , , , , ,

0 komentar:

Posting Komentar