Raja Bhumibol Dicintai Rakyatnya dan Dihormati Militer

21.21 / Diposting oleh nivra /

BANGKOK – Sangat sulit bagi Thailand mencari diskusi tentang lembaga negara yang berarti: Kerajaaan. Adanya undang – undang yang melarang segala bentuk kritikan pada Raja. Intrik terlarang dalam kehidupan istana Salacious. Semua ini menuju pencarian pada keputusan akhir siapa penerus raja Thailand. Tapi bentuk ketidakpastian dari penyerahan kekuasaan menjadi penyebab ketidakstabilan politik di Thailand. ... Status Raja Bhumibol yang dianggap seperti setengah dewa karena telah berkuasa selama 70 tahun, tapi sang putra mahkota kurang dihormati oleh rakyatnya. Ernest Bower, seorang pakar dari Pusat Kajian Strategi dan Internasional (CSIS) mengatakan, para warga Thailand yang kuliah di luar negeri mengatakan, para penjahat politik dari perang di Bangkok sesungguhnya sebuah kompetisi untuk merebut kekuasaan saat raja meninggal dunia, saat itu Thailand mungkin saja dihadapkan pada situasi kekosongan kekuasaan. “Ini seperti permainan kursi musik, “ucap Bower dilansir WashingtonPost. “Ketika musiknya berhenti atau raja meninggal, siapapun yang memiliki kekuasaan akan mengambil alih, “sambung Bower. Menaiki tahta sejak tahun 1946, Bhumibol merupakan seorang raja yang berkuasa paling lama di dunia. Namun kondisi kesehatan yang memburuk telah menyebabkan kecemasan di kalangan warga Thailand tentang apa yang akan terjadi berikutnya. Kegelisahan ini karena secara umum situasi politik yang tak pasti, membuat negara ini terkurung dalam pemerintahan militer. Namun ini juga merupakan hasil dari kekuasaan Bhumibol yang mungkin dianggap terlalu sukses. Pada abad ke-20 ini Raja Thailand dianggap memberikan rasa aman juga sebagai penjamin kestabilan dinamika politik dimana kekuatan pemersatu ditengah kudeta, perubahan konstitusi dan pertumpahan darah. Ketika diperlukan Raja dapat meminta kehadiran para pemimpin fraksi yang bertikai dan menghukum mereka, sehingga menghindari terjadinya pertumpahan darah. Pemimpin junta militer Thailand Jenderal Prayuth Chan-ocha memiliki reputasi sebagai seorang yang setia terhadap kerajaan dan telah mengingatkan kepada siapapun jika ada yang berani menentang kerajaan, akan dihadapkan dalam persidangan militer. Lahir di Boston, Amerika Serikat (AS), ayahnya adalah seorang mahasiswa kedokteran. Saat usia 19 tahun Raja Bhumibol menjadi pewaris tahta kerajaan setelah kematian misterius dari kakaknya. Dia kembali ke Thailand saat pamor kerajaan mulai menurun. Bhumibol berhasil membalikkan keadaan ini dengan apa yang dianggap rakyat Thailand sebagai tindakan tanpa pamrih. Dia mengunjungi daerah pelosok dengan berpakaian seperti rakyat biasa dengan kamera yang dikalungkan pada lehernya. Sakarindr Bhumiratana, seorang yang terlibat selama 30 tahun dalam proyek kerajaan mengatakan, dia juga mendanai proyek – proyek kerajaan yang jumlahnya ribuan. Untuk membantu perkembangan pertanian dan saluran irigasi di pedesaan. Bhumibol terkenal sebagai orang yang jarang tersenyum dan menggambarkan kepemimpinan sebagai tugas yang serius. “Saya bilang dia adalah seorang raja pekerja, “ucap Bhumiratana. “Setiap malam dalam tayangan televisi anda akan mendengar bahwa dia sedang berada di suatu tempat di Thailand. Dia disana untuk membantu rakyat, “sambung Bhumiratana. Bhumibol juga menjalin hubungan dengan Sarit Thanarat yang memerintah Thailand dengan kekuatan pada akhir 1950-an dan awal 1960-an. Oleh karena itu, praktek penghormatan terhadap kerajaan dihidupkan kembali seperti sujud dihadapan raja. Jenderal Prem Tinsulanonda yang pernah menjadi PM Thailand pada 1980-an, sekarang menjabat sebagai ketua dewan penasihat dimana tugasnya adalah untuk menghalangi upaya pemerintah terkait pembatasan hak prerogatif kerajaan. Bhumibol menganggap penting adanya dukungan militer terhadap kerajaan, dia telah mendekatkan diri dan memberi pengaruh kepada militer. Hal ini secara luas dianggap sebagai tindakan untuk kepentingan bangsa dan rakyatnya. Perdana Menteri Jenderal Suchinda Kraprayoon berhasil dibujuknya untuk mundur dari jabatan saat terjadi demonstrasi besar di Thailand pada 1992. Setelah berlangsung demonstrasi besar terhadap Thaksin Shinawatra selama berbulan – bulan pada 2006, akhirnya Bhumibol mendukung sebuah rencana kudeta untuk menurunkannya. Meskipun terbatas, beberapa intervensi politik yang dilakukan Bhumibol membuatnya dianggap berada diatas kekuasaan politik. Kerajaan sebagai sebuah institusi telah melemah secara substansial, khususnya pada dekade terakhir, untuk beberapa alasan. Raja Bhumibol dengan sukses telah menjadi objek kultus pemujaan rakyat Thailand serta pribadinya telah menjadi simbol dari kerajaan. Ini dikarenakan lamanya dia berkuasa sebagai raja. Kerajaaan sebagai sebuah institusi terlihat lemah akibat terlalu sering menampilkan kesuksesan raja secara pribadi serta kinerjanya. Popularitas sang raja secara pribadi tak harus berkaitan langsung dengan legitimasi dari institusi yang dipimpinnya. Bagi rakyat Thailand, kesetiaan pada kerajaan hanya berlaku selama pemerintahan raja yang sedang berkuasa. Pihak kerajaan sukses membentuk opini publik tentang hubungan pribadi raja dengan rakyatnya dan membuat kerajaan sebagai pusat spiritual. Tetapi kesuksesan seperti ini akan menghambat upaya peralihan pemilihan raja berikutnya sebagai simbol baru pengganti Bhumibol. Raja telah menetapkan putra satu – satunya, Vajiralongkorn, sebagai pewaris tahta kerajaan Thailand pada 1972. Hukum yang berlaku saat ini adalah parlemen hanya perlu mengesahkan saja pilihan raja setelah kematiannya. Namun Pangeran Vajiralongkorn, 62, banyak menghabiskan waktunya untuk tinggal di Munich, Jerman dan sudah terlihat sejak lama dia tidak begitu tertarik untuk menjadi pengganti ayahnya. Kebanyakan orang menilainya bahwa dia menjalani kehidupan yang jauh diluar nilai – nilai kesopanan. Hal ini ditunjukkan dengan mengambil foto istrinya tanpa sehelai busana dan menandai kematian anjingnya Foo Foo dengan promosi pangkat kemiliteran kemudian melakukan pemakaman anjingnya dengan upacara mewah. Keanehan ini sangat bertolak belakang dengan reputasi bersih yang dimiliki ayahnya. Dia juga dinilai tidak dapat menjalin hubungan yang baik dengan rakyatnya dan militer. Meskipun banyak menyandang gelar militer, Vajiralongkorn kurang mendapat dukungan militer. Sejak 1978 dia telah mempertahankan pasukan pengawalan besar demi keamanan dirinya. Hal ini dianggap sebagai kekuatan penyeimbang dari pihak militer resmi.

Label: , , ,

0 komentar:

Posting Komentar