Warga Yordania Ingin Perubahan Untuk Generasi Muda

19.29 / Diposting oleh nivra /

AMMAN - Pemilihan umum parlemen Yordania dilansungkan pada Selasa (20/9) memperlihatkan bersatunya partai oposisi Islam. Koalisi beberapa partai ini menjadi kekuatan besar dalam parlementer dan juga kunci dari aliansi negara Barat. Perhatian besar ditujukan pada kemunculan kembali dari Islamic Action Front (IAF), kepanjangan tangan politik dari Persaudaraan Muslim Yordania. ... Para pengamat politik memprediksi bahwa IAF mampu meraih 20 kursi parlemen dari total 130 kursi yang ada. Dengan raihan angka kursi ini sudah menjadikannya sebagai kekuatan besar untuk berdiri sebagai oposisi pemerintah. Pemilu dilaksanakan ditengah-tengah situasi meluapnya perang negara tetangga Suriah dan Irak. Banyaknya ribuan pengungsi yang masuk ke wilayah Yordania juga memiliki beban bagi negara. Yordania juga bergabung dengan pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) dalam menumpas kelompok ISIS. Hal ini menjadikan Yordania sasaran dari aksi kebrutalan kelompok pemberontak. Pada (21/6) terjadi bom bunuh diri di wilayah Yordania yang menewaskan 7 orang tentara penjaga perbatasan. Kelompok ISIS menyatakan bertanggung jawab atas ledakan ini. Kementrian Dalam Negeri Yordania mengerahkan sebanyak 50.000 anggota kepolisian untuk menjaga keamanan dan ketertiban selama berlangsungnya pemilu. Pada pemilu parlemen kali ini tercatat 1.252 kandidat yang akan memperebutkan 130 kursi parlemen. Dari data lembaga pemilu setempat tercatat 4,1 juta pemilik hak suara dari 6,6 juta populasi Yordania. Pemilu dilangsungkan pada pukul 07.00 dan berakhir pukul 17.00 IAF juga mendapat dukungan saat berlansung debat politik di hadapan publik. Ini terlihat dari banyaknya pengunjung yang memberi tepukan tangan. “Saya kira ini merupakan kemunculan kembali yang kuat. Ini memungkinkan kita untuk kembali pada akar rumput kami. Juga memperlihatkan tujuan politik kami yang jelas dan dapat diterima,” jelas Dima Tahboub seorang kandidat IAF seperti dilansir BBC. IAF pernah menjadi pihak oposisi besar dalam keseimbangan pemerintah Yordania yang cukup disegani. Hal ini berkat dukungan besar dari kelompok Ikhwanul Muslimin dan program kesejahteraan sosial. Lembaga Phenix Center, pengumpul suara lokal menyatakan bahwa sebesar 42% pemilik hak suara tidak akan berpartisipasi dalam pemilu parlemen kali ini. Kondisi ini mencerminkan kurangnya antusiasme para pemilik suara untuk memilih anggota parlemennya. Mereka memandang kekuasaan parlemen yang terbatas untuk memberi pengaruh pada pemerintahan tak memiliki kekuatan. Raja Abdullah II berkuasa untuk dapat menunjuk dan memecat panglima militer dan kepala badan intelijen, hakim senior serta anggota parlemen majelis tinggi tanpa persetujuan pemerintah. Para pemilih yang telah memberikan hak suaranya untuk memilih menyatakan mereka memberi suaranya dengan berharap bahwa pemilu kali ini membawa perubahan. “Saya telah ikut memilih beberapa kali dan berharap pemilihan kali ini akan berbeda,” jelas Abdesslam Abu al-Haj, 75, seperti dilansir AFP. Dia mewakili wilayah Telaa al-Ali di timurlaut kota Amman. Sementara Saja Asaf yang baru menginjak usia 20 tahun memilih untuk pertama kalinya. Dia berharap akan muncul wajah-wajah baru dalam parlemen. “Saya berharap kandidat yang saya pilih akan bekerja untuk memberi rasa aman demi terbentuknya masa depan yang lebih baik bagi generasi muda. Khususnya mencari solusi dari banyaknya angka pengangguran. Banyak dari kaum muda tak dapat bekerja setelah mereka lulus dari universitas,” jelas Asaf. Pemerintah Yordania menyatakan tingkat pengangguran mencapai 14%. Sementara angka yang ditunjukkan dari analis independen lebih tinggi lagi yakni antara 22% - 30%. Angka pengangguran ini cukup mengkhawatirkan mengingat sebanyak 70% penduduk masih berusia produktif yakni dibawah 30 tahun.

Label: , , , , , , ,

0 komentar:

Posting Komentar