BRUSSELS – Uni Eropa dengan sistem keluar masuk negara sesama anggotanya yang telah berjalan selama ini, dipusingkan dengan hadirnya ratusan ribu migran. Kanselir Jerman Angela Merkel mengeluarkan sebuah peringatan luar biasa pada minggu ini, sehingga akan mengancam kebebasan zona Schengen pada 26 negara yang selama ini diterapkan. ... Merkel mengatakan, negara – negara anggota Uni Eropa harus menyamakan cara untuk menangani para migran yang tersebar di Italia, Yunani dan Hungaria atau membahayakan mimpi Eropa dengan wilayah tanpa batasnya. “Jika kita tidak dapat sepakat pada distribusi yang adil, maka zona Schengen akan menjadi taruhannya, kami tidak menginginkan hal itu,” ucap Merkel dilansir AFP. Pada bulan lalu, Perdana Menteri Italia Paolo Gentiloni juga megeluarkan peringatan serupa. “Apa yang menjadi taruhannya adalah pilar dasar dari Uni Eropa yaitu kebebasan keluar masuk para warga dari negara – negara anggota Uni Eropa,” ucap Gentiloni. “Jika Eropa tidak mengambil langkah sebagai sebuah kesatuan, situasi saat ini mengkhawatirkan untuk bergerak bebas di jantung Uni Eropa,” ucap Matthieu Tardis, seorang pakar migrasi dari Paris, dilansir AFP. “Meragukan keberadaan zona Schengen adalah sebuah resiko karena setiap negara berurusan dengan isu ini sesuai caranya masing – masing berdasarkan pendapat publik. Akhirnya, yang dipertanyakan adalah menyeberangi perbatasan nasional, “sambung Tardis. Peraturan Uni Eropa yang juga dikenal dengan Regulasi Dublin jelas mengatakan bahwa negara anggota UE, dimana pengungsi tiba untuk pertama kalinya maka negara itu harus memproses klaim suaka mereka. Italia dan Yunani dua negara UE yang menjadi tempat pertama masuknya para pengungsi tidak dapat mengatasi jumlah mereka yang begitu banyak. Namun pada minggu lalu, otoritas Jerman menyatakan akan mengesampingkan aturan itu untuk pengungsi asal Suriah. Sehingga menimbulkan banjir manusia pengungsi yang mencoba memasuki wilayah Uni Eropa kemudian menuju Jerman. Kebingungan pun muncul bagaimana aturan migrasi dan Schengen saling tumpang tindih. Sejak Januari hingga Agustus, sebanyak 160.000 orang telah memasuki wilayah Yunani, dimana angka ini telah melampaui jumlah keseluruhan migran yang memasuki Yunani pada 2014. Media BBC melaporkan sedikitnya terdapat 11 orang pengungsi asal Suriah yang dikhawatirkan tenggelam. Dua perahu yang membawa para migran tenggelam setelah perjalanan mereka dari Turki menuju pulau Kos di Yunani. Hampir 2.000 orang asal Suriah telah berhasil memasuki kota Piraeus, Yunani. Pemerintah Yunani mengatakan mereka kekurangan sumber daya untuk menjaga pengungsi yang jumlahnya begitu banyak, namun tim bantuan mengatakan pemerintah seharusnya bertindak lebih dari ini. Media AFP melaporkan, sekitar 100 – 150 pengungsi pada Rabu (2/9) melakukan demonstrasi diluar stasiun internasional Keleti. Polisi juga memblokade 2.000 orang yang coba menaiki kereta menuju Austria dan Jerman. Sebanyak 1.200 orang menunggu pada tempat transit dibawah stasiun, sementara sebanyak 600 orang pria, wanita dan anak – anak yang mayoritas asal Suriah, Iraq dan Afghanistan duduk dan berdiri diluar stasiun Keleti. Mereka yang melakukan demo menolak untuk diberangkatkan dengan kereta menuju tempat penampungan sementara Debrecen. Dalam pernyataannya, kepolisian Budapest mengatakan kelompok ini meminta diijinkan untuk melanjutkan perjalanan menuju Jerman. Polisi juga mengambil langkah pengamanan agar jalur regular kereta Budapes tidak terganggu.
Label: Kanselir Jerman Angela Merkel, kesepakatan UE tangani migran, migran ke Jerman, pengungsi Suriah, uni eropa, Zona Schengen
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar