Televisi lokal AS melporkan bahwa tewasnya Freddie Gray karena kepalanya menghantam sebuah baut di dalam mobil van polisi Baltimore. Media ABC7 News mengatakan luka kepala Gray cocok dengan bentuk baut yang ada dalam mobil polisi. Gray juga mengalami cedera tulang belakang ketika dalam penahanan polisi, sehingga menimbulkan amukan warga Baltimore dalam aksi protesnya selama dua minggu. ... Pihak kepolisian Baltimore juga mengatakan bahwa posisi Gray dalam mobil tidak diamankan dengan sabuk pengaman yang mana ini melanggar aturan. Saat berada dalam mobil polisi Gray meminta untuk dilakukan perawatan terhadap dirinya, namun permintaan itu ditolak. Seorang pengguna jalan merekam lewat kamera saat – saat Gray yang terlihat tertekan dengan tangan yang terborgol dan didorong masuk kedalam mobil van. Polisi mengatakan bahwa Gray melarikan diri ketika melihat dua orang polisi, kemudian kedua polisi ini mengejarnya melakukan penahanan dan juga ditemukan sebuah pisau lipat dikantung celananya. Pada 12 Mei, setelah perjalanan menuju rumah sakit kondisi Gray dalam keadaan koma dan seminggu kemudian ia menghembuskan nafas terakhirnya. Kantor pemeriksaan medis Maryland menolak untuk mengomentari penyebab kematiannya sementara penyelidikan terhadap kasus ini sedang berjalan. Pada Kamis (30/4), polisi mengungkapkan bahwa mobil polisi yang membawa Gray saat penangkapan melakukan empat kali pemberhentian pada tempat yang dirahasiakan sebelum akhirnya membawanya ke kantor polisi. Sebelumnya polisi juga mengatakan mobil itu berhenti pada tiga tempat berbeda, termasuk satu tempat dimana kaki Gray diikat dengan pemberat besi dan tempat pemberhentian lainnya untuk mengambil tahanan lainnya. Tempat berhenti yang keempat tertangkap kamera pengintai yang terpasang diluar toko makanan Korea. Ribuan warga AS di kota – kota besar sepanjang wilayah pantai Timur melakukan demonstrasi pada Rabu (29/4), mereka meminta aksi brutal oknum kepolisian tidak terjadi lagi. Hal ini dipicu dari tewasnya seorang pemuda keturunan Afrika – Amerika dalam tahanan kepolisian Baltimore. Kerumunan warga yang protes paling banyak terdapat di kota Baltimore, dimana ribuan demonstran yang sebagian besar pemuda melumpuhkan kota seluas beberapa blok dalam kerusuhan besar di pusat kota hingga ke Balai Kota di Baltimore. Aksi solidaritas masyarakat lainnya juga terjadi di kota New York, ibukota Washington dan Boston. Aksi penuh amarah warga AS memuncak terkait atas tindakan anggota kepolisian dalam penanganan kasus warga kulit hitam yang kini muncul lagi ke permukaan di AS. Aksi demo di kota New York berjalan dengan damai dan penuh kebaikan, meski polisi setempat menahan beberapa orang pendemo dan emosi warga sudah meninggi. Di kota Baltimore yang menjadi pusat dari insiden itu, menjadi kota dengan para pendemo yang meminta adanya perubahan. Aksi dimulai dari stasiun kereta utama di kota itu, termasuk didalamnya warga kulit putih dan hitam sebagian besar diantara mereka adalah murid sekolah menengah dan mahasiswa. Beberapa diantaranya ada yang bergandengan tangan dan berteriak: “No justice, no peace! No racists, no peace!”. “Kami memprotes ketidak adilan yang sedang terjadi khususnya yang terjadi pada warga kulit hitam. Polisi tak dapat menahan diri untuk tidak menembak dan kami harus menghentikannya, “ucap Jonathan Brown, 19, seorang mahasiswa Universitas John Hopkins kepada AFP. Pada salah satu spanduk yang dibawa bertuliskan, “Polisi pembunuh layak dipenjara”. Jam malam diberlakukan bagi seluruh warga kota Baltimore mulai pukul 22 hingga pukul 5, pemberlakuan jam malam dikawal oleh 2.000 tentara Garda Nasional yang tetap bersiaga pada malam kedua. Polisi mendesak warga untuk masuk kedalam rumah dan mereka mematuhinya.
Label: Freddie Gray, korban kebrutalan polisi AS, polisi kulit putih AS bertindak rasis
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar