SINGAPORE – Seorang pengendara mobil dengan teledornya menerobos lampu merah di persimpangan jalan pada siang hari, sehingga menabrak seorang bocah lelaki. Insiden ini menyebabkan bocah yang baru berusia 9 tahun, harus menderita kerusakan otak permanen dan menjadi tunadaksa atau suatu kondisi yang menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang, otot, atau sendi sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri. Bocah Mendapat Rp. 11,7 Miliar, Namun Cacat Selamanya SINGAPORE – Seorang pengendara mobil dengan teledornya menerobos lampu merah di persimpangan jalan pada siang hari, sehingga menabrak seorang bocah lelaki. Insiden ini menyebabkan bocah yang baru berusia 9 tahun, harus menderita kerusakan otak permanen dan menjadi tunadaksa atau suatu kondisi yang menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang, otot, atau sendi sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri. Pengadilan Tinggi memutuskan bahwa terdakwa harus mengganti kerugian bocah ini sebesar S$ 1,25 juta ( Rp. 11,714,575,368,- ). Besaran jumlah denda yang harus dibayar oleh pengemudi mobil ini sudah termasuk biaya pengobatan dan penderitaan, kehilangan penghasilan di masa depan dan biaya pemulihan kesehatannya di kemudian hari. Kedua pihak, baik terdakwa maupun korban mengajukan banding terhadap keputusan pengadilan, yang akan disidangkan pada Februari mendatang. Keputusan hakim ini disampaikan pada 21 November 2014, namun baru dipublikasikan pada Senin (8/12). Kecelakaan yang terjadi 3 tahun lalu ini berlokasi di Jurong East Avenue 1 di jalan yang berlampu penyeberangan bagi pejalan kaki , tepatnya pada 6 Juli 2011. Bocah yang dulunya aktif berolahraga, sekarang berusia 12 tahun dengan kemampuan intelektual seperti bayi berumur 12 bulan, kini terbaring di tempat tidur serta harus didampingi orang yang menjaganya setiap saat. Dia belum dapat makan seperti orang normal, melalui tabung ia mendapatkan asupan gizinya yang berbentuk makanan cair. Pada Senin, Michael Han, pengacara yang membela anak ini mengatakan, bahwa seorang saksi mata melihat bocah ini terlempar tinggi dan terbentur beberapa kali mengenai mobil penerobos lampu merah itu. Paska kecelekaan itu, selama lima minggu ia harus menjalani perawatan intensif dan menderita trauma berkelanjutan yang cukup parah. Sebanyak 5 orang dokter ahli dimintai pendapatnya di sidang pengadilan, mereka mengatakan bahwa anak ini diperkirakan akan hidup sampai usia 38 tahun, ditambah dengan operasi, rehabilitasi dan sesi fisioterapi yang akan menjadi aktifitas rutinnya selama sisa hidupnya. Misalnya, dia masih harus menjalani operasi penambahan urat daging yang memanjang dan infusi Botox untuk mengurangi spastisitas otot atau kontraksi tidak disengaja dari otot-otot tubuh. Penyakit pneumonia dan infeksi pernafasan seperti pilek akan banyak dialami bocah ini dibandingkan dengan anak yang normal, menurut hasil sidang pengadilan. “Jelas sekali, kecelakaan ini berpengaruh negatif bagi penggugat dan juga kehidupan anggota keluarganya, “ungkap Jean Chan seorang asisten panitera di pengadilan, seperti dikutip CNA. Chan memerintahkan pengemudi itu untuk membayarkan kerugian tepatnya sebesar S$ 1.252.825,86 (Rp. 11,741,058,368,- ), angka ini termasuk S$ 190.000 untuk pengobatan dan penderitaannya, S$ 233.878,14 untuk kehilangan penghasilannya di masa depan dan biaya pemulihan kemudian hari sebesar S$ 317.380,75. Ibunya bekerja sebagai resepsionis pada sebuah firma hukum, ia harus berhenti bekerja untuk menjaga anaknya setiap saat, dibantu dengan seorang sukarelawan. Terhitung tiga tahun sejak putusan pengadilan, bocah ini harus menjalani operasi yang akan membentuk jalur pernafasan yang terhambat melalui leher akibat penyakit pneumonia yang dideritanya.
Label: bocah 9 tahun, cacat selamanya, ditabrak mobil, Singapore
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar