PARIS – Presiden Perancis Francois Hollande pada Jum’at (19/2) mengatakan keterlibatan Turki meningkatkan ketegangan dalam konflik Suriah. Hal ini dipandang dapat memicu pecahnya perang antara Turki dan Rusia. “Turki terlibat di Suriah, disana beresiko untuk terjadinya perang,” jelas Hollande pada Interradio Perancis, seperti dikutip AFP. “Oleh karena itu Dewan Keamanan PBB segera mengadakan rapat,” sambung Presiden Perancis. Dia juga menambahkan Rusia tak dapat melindungi jika dukungan terhadap Bashar al-Ashad itu dilakukan secara sepihak. Foto/Reuters: Presiden Hollande Minta Turki Tahan Diri Hindari Perang ... Kementrian Luar Negeri Rusia mengajukan permintaan rapat darurat Dewan Keamanan PBB pada pukul 20.00 GMT untuk membahas permohonan Turki. Rusia meminta rapat Dewan Keamanan PBB digelar yang membahas proposal Turki terkait pengiriman pasukan darat mereka ke Suriah. Juga harus memberikan tekanan pada Moskow untuk melakukan negosiasi di Suriah. “Saya tak ingin mengecualikan Rusia dalam mencari solusi. Saya berkunjung ke Moskow untuk bertemu Vladimir Putin, ‘Kita semua harus bekerja sama untuk membuat transisi politik ini, namun saya tidak dapat menerima jika dalam waktu bersamaan saat orang bernegosiasi, mereka mengebom populasi warga sipil,” lanjut Holande. Sementara terkait posisi Amerika Serikat (AS) dalam situasi ini dia menjelaskan, “AS menganggap bahwa mereka tak perlu berada dimana-mana di dunia seperti yang dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu pihak AS menarik diri. Tentu saja saya lebih memilih jika AS lebih aktif lagi,” sambung Hollande. Belakangan ini otoritas Turki sering menyuarakan serangan pasukan darat di Suriah bersama dengan sekutu internasionalnya. Pemerintah Turki meyakini bahwa operasi darat merupakan upaya terbaik untuk mengakhiri perang saudara di Suriah yang sudah 5 tahun berjalan. Arab Saudi juga telah menyatakan siap untuk ikut mengerahkan tentaranya dalam operasi darat di Suriah, begitu koalisi yang dipimpin Amerika Serikat memutuskan untuk melakukannya. Saudi dan Turki selama ini mendukung para pemberontak Suriah yang memerangi rezim Presiden Bashar al-Assad. Sedangkan Rusia yang merupakan sekutu penting Assad, menentang keras opsi operasi darat di Suriah. Rusia pun telah meminta Dewan Keamanan PBB untuk menekan Turki agar menghentikan serangannya terhadap pasukan Kurdi di wilayah Suriah utara. Saat wawancara dengan radio Perancis, Hollande juga mengutarakan maksudnya kepada otoritas Rusia. “Anda tidak menyerang pada titik yang benar dan Anda menyerang populasi warga sipil, yang mana itu tidak dapat diterima,” ucap Hollande. Mevlut Cavusoglu, Menteri Luar Negeri Turki pada minggu ini kepada Reuters mengatakan bahwa negaranya, Arab Saudi serta beberapa negara kuat Eropa menginginkan adanya pasukan darat di Suriah, meski belum ada isu serius yang diperdebatkan. Sementara Jum’at (19/2) Jurubicara Kementrian Luar Negeri Perancis menyampaikan bahwa pemerintahan Suriah dan sekutunya termasuk Rusia harus menghentikan permusuhan. Hal ini sejalan dengan perjanjian yang dibuat antara kekuatan besar pada 11 Februari. Hubungan antara Rusia dan Turki memanas sejak angkatan udara Turki menembak jatuh salah satu jet tempur Rusia yang dianggap melanggar batas wilayah udara dekat perbatasan Suriah pada November lalu. Perancis juga dianggap musuh utama oleh Presiden Suriah dan insiden teror yang dialami Paris pada November lalu telah meningkatkan serangan udaranya terhadap klompok ISIS di Suriah dan Irak. Hollande juga mengatakan bahwa serangan udara itu cukup efektif dan sekarang hasilnya dapat terlihat.
Label: intervensi Turki, perang Suriah, Presiden Perancis Francois Hollande, Presiden Suriah Basar al-Ashad, Rusia, Vladimir Putin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar