BAMAKO – Tiga orang yang menjadi tersangka aksi penyanderaan dan pembunuhan di hotel mewah di Mali menjadi buruan aparat keamanan. Insiden terjadi di ibukota Bamako pada Jum’at (20/11) menewaskan 21 orang. ... “Kami secara aktif melakukan pengejaran tiga tersangka, yang diduga terlibat aksi teror di Hotel Radisson Blu,” ucap sumber terlibat penyelidikan, dilansir AFP. “Semua hal untuk mengikuti jejak tersngka pelaku telah dilakukan,” jelasnya lagi. Sumber itu menjelaskan bangunan hotel berhasil dikuasai, setelah sebelumnya terjadi serangan selama 9 jam. Pihak yang menyatakan melakukan aksi ini adalah Al-Murabitoun kelompok teror yang berafiliasi dengan Al-Qaeda. Pihak keamanan Mali dibantu pasukan internasional berhasil menyergap komleks hotel dan mengakhiri aksi brutal Murabitoun. Pasukan khusus Amerika Serikat dan Perancis dilaporkan turut membantu operasi pembebasan sandera. Pasukan penjaga perdamaian PBB yang bertugas dekat wilayah ini juga mengirimkan pasukannya membantu operasi. Mereka melakukan penyisiran di setiap lantai hotel. Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita berkicau lewat akun twitternya, dia mengucapkan terima kasih pada pasukan keamanan dan negara-negara lain yang turut membantu mengakhiri teror ini. Presiden Keita menerapkan status darurat teror tak lama setelah insiden penyanderaan berakhir, yang berlaku mulai Jum’at (20/11) tengah malam selama 10 hari. Dia juga mengumumkan negaranya dalam masa berkabung selama 3 hari. Presiden Keita setelah melakukan rapat darurat dengan para menterinya mengatakan sebanyak 21 orang tewas, termasuk dua pria pelaku teror. Sumber kepolisian mengatakan pada Sabtu (21/11) Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita berencana mengunjungi lokasi serangan. Otoritas keamanan mengatakan lebih dari 100 orang menjadi korban penyanderaan saat serangan berlangsung. Dilaporkan bahwa sedikitnya tiga orang teroris tewas atau meledakkan diri. Presiden Rusia Vladimir Putin melalui telegram mengucapkan bela sungkawa kepada Presiden Keita. Seperti dilansir Reuters, Presiden Putin mengatakan dibutuhkan kerjasama global untuk mengatasi masalah terorisme yang dilakukan militan di hotel mewah di Mali. Serangan hotel Radisson Blu dengan target warga asing terjadi 7 hari setelah aksi teror bersenjata dan bom bunuh diri di Paris yang menewaskan lebih dari 100 orang di tujuh lokasi berbeda. Kelompok militan ISIS telah menyatakan bahwa mereka sebagai kelompok yang melakukan teror di Paris (13/11). Pemerintah Perancis pada Jum’at (20/11) memperpanjang status darurat hingga Februari mendatang. Sementara kepolisian Perancis dengan gencar melakukan penyelidikan dan penyergapan guna memburu otak pelaku dibalik aksi ini. Hingga kini otoritas keamanan Perancis telah menahan sebanyak 250 orang tersangka terlibat jaringan teror. Insiden Mali menjadi tanda permasalahan yang dihadapi pasukan Perancis dan penjaga perdamaian PBB untuk pemulihan keamanan di Afrika Barat. Daerah utara padang pasir ini telah menjadi tempat konflik bagi militan dan pemberontak selama beberapa tahun. Presiden China Xi Jinping mengecam keras aksi serangan yang dianggapnya kejam dan biadab ini. Dilaporkan juga bahwa 3 warga China menjadi korban tewas. Ketiganya bekerja sebagai eksekutif pada perusahaan kereta milik pemerintah Mali. Kepada televisi Rusia, Channel LifeNews Kepala rumah sakit Bamako mengatakan terdapat dua warga Rusia yang tewas saat penyerangan hotel. Seorang warga AS dan anggota parlemen regional Belgia juga tewas. Sebelumnya pada Selasa (17/11) Presiden Putin dan Presiden Francois Hollande lewat telepon keduanya bersepakat untuk meningkatkan kordinasi aksi militer mereka dalam melawan kelompok militan Suriah. Sementara pada KTT-ASEAN yang dimulai kemarin di Kuala Lumpur, Malaysia para pemimpin negara Asia Tenggara juga menyatakan kecaman keras mereka. Serangan kelompok militan dari Paris hingga Mali mendesak segera dilaksanakannya upaya kerjasama internasional untuk melawan teror. Saat berbicara pada pidato pembukaan Presiden Malaysia Najib Razak juga menentang ideologi dari kelompok militant ISIS. “Pelaku kejahatan dari tindakan pengecut dan barbar ini tidak mewakili ras, agama atau kepercayaan apapun. Mereka adalah teroris,” ujar Presiden Razak dilansir AFP. Presiden AS Barack Obama juga meyatakan kecaman kerasnya atas kekerasan kelompok jihad yang mengerikan ini. “Kebiadaban ini akan memperkuat tekad kita untuk menghadapi tantangan ini,” ucap Presiden Obama saat KTT-ASEAN.
Label: 21 tewas, Hotel Radisson Blu, militan Al-Murabitoun, Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita, serangan Mali, teror Mali
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar