KUALA LUMPUR - Konferensi Tingkat Tinggi negara Asia Tenggara akan mendesak pada anggotanya untuk menahan diri di Laut China Selatan tapi menghindari melontarkan kritik secara langsung atas aksi China yang menimbulkan ketegangan di perairan sengketa, ujar sumber diplomatik pada Jum’at (24/4). ... Para pemimpin dari negara Ássociation of Southeast Asian Nations (ASEAN) akan berkumpul di Malaysia pada Senin dalam pertemuan yang diadakan setiap tahun. Kali ini pembahasan tentang aksi agresif China di kepulauan Spratly, wilayah yang menjadi sengketa dari beberapa negara, akan menjadi agenda utama. Pertemuan akan membahas keperluan untuk “latihan menahan diri dalam aktifitas, tidak membuat ancaman atau menggunakan kekuatan dan bagi pihak yang peduli untuk menyelesaikan persengketaan melelui jalan damai, “ungkap sumber diplomatik kepada AFP. Juga akan dibahas dengan pemerintah Beijing mengenai code of conduct (kode etik) dalam bertindak di Laut China Selatan. Pembahasan akan lebih intensif untuk menghasilkan COC yang efektif. ASEAN telah mendesak China selama lebih dari satu dekade untuk menyetujui pembentukan ‘kode etik’, yang dibangun atas janji tak mengikat pada 2002 oleh negara – negara yang bersaing di perairan itu untuk menyelesaikan persengketaan secara damai dengan menahan diri tidak menyulut amarah. Menteri Luar Negeri Malaysia, Dato' Seri Anifah Aman mengatakan pulau hasil reklamasi yang dibuat China di wilayah sengketa akan menjadi agenda utama pembahasan dalam pertemuan Senin nanti di Kuala Lumpur. Dilansir AFP, Anifah Aman mengatakan bahwa para pemimpin negara – negara ASEAN tentu saja akan membahas isu yang menjadi kekhawatiran bersama ini. Ia menambahkan, blok regional ini telah menyampaikan ke pemerintah Beijing bahwa “kami ingin hal ini secepatnya diselesaikan dan kami berharap mereka akan memberi tanggapan dengan cepat.” Filipina mengungkapkan harapannya bahwa koferensi di Malaysia akan menghasilkan ekspresi yang kuat dari kekhawatiran negara anggota ASEAN. Konsep pembahasan nantinya dapat berubah berdasarkan diskusi saat konferensi. Negara anggota ASEAN, Vietnam, Malaysia dan Brunei juga negara bukan anggota, Taiwan, juga mempunyai situasi tumpang tindih atas hak wilayah di Laut China Selatan. Konsep pembahasan juga mengajak para pihak untuk mematuhi regulasi badan PBB wilayah kelautan (UNCLOS), referensi ini dapat membuat Beijing marah. Tahun lalu Filipina mengajukan gugatan resmi ke UNCLOS tentang perluasan klaim wilayah China. Aksi China di pulau kecil yang juga diklaim oleh Filipina telah membuat marah Manila dan kekhawatiran di beberapa negara Asia Tenggara yang perlahan – lahan akan mengklaim seluruh wilayah Laut China Selatan. Citra satelit terbaru bulan ini yang dirilis Filipina menunjukkan armada kapal kecil China melakukan pengerukan pasir ke wilayah Mischief Reef. Menambah kekhawatiran bahwa China akan membuat wilayah baru untuk memperkuat kehadirannya lebih jauh di Laut China Selatan. Hal ini memberi peringatan kepada negara anggota G-7 dan negara Asia lainnya. “Pesawat Fokker milik angkatan udara Filipina ditantang oleh kapal perang China di dekat Subi Reef,kepulauan Spratly yang memamerkan kekuatan kecilnya di wilayah sengketa itu, “ungkap seorang sumber angkatan bersenjata Filipina. Pemerintahan Manila menuduh penjaga perairan China pada Kamis melakukan perampokan terhadap nelayan Filipina dengan menodongkan senjata, konfrontasi ini berlangsung di wilayah sengketa Laut China Selatan dan telah beberapa kali terjadi. Pada satu insiden nelayan Filipina “diancam dan ditodong senjata sebelum akhirnya pihak China mengambil ikan – ikan hasil tangkapan mereka secara paksa, “menurut laporan yang diterima AFP. Menurut laporan, para penjaga perairan China juga menghancurkan peralatan menangkap ikan milik nelayan Filipina. Kapal – kapal nelayan Filipina ini berlayar dalam kelompok sebanyak 20 kapal dalam ekspedisi menuju ke Scarborough Shoal, sebuah perairan yang banyak ikan dan terletak dalam wilayah ekonomi ekslusif Filipina.
Label: China di Spratly, KTT ASEAN, pulau Spratly, sengketa Laut China Selatan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar