Presiden Ukraina Petro Poroshenko mengatakan pemberontak pro Rusia di wilayah timur Ukraina telah menarik mundur persenjataan beratnya dalam jumlah besar. Seperti dikutip BBC, saat wawancara di televisi Poroshenko menyatakan kekuatan pemerintahannya juga telah menarik mundur roket dan artileri berat. ... Gencatan senjata yang disepakati kedua belah pihak pada Februari lalu memaksa keduanya baik Ukraina maupun pemberontak pro Rusia sejak awal Maret untuk menarik mundur senjata beratnya. Walaupun perselisihan tetap berlangsung namun keduanya tetap mengahrgai gencatan senjata yang disepakati. Masing – masing pihak saling menuduh satu sama lain terkait adanya pelanggaran yang dilakukan atau hanya sebagai strategi baru untuk menyusun kekuatan. Setidaknya diperkirakan sebanyak 6.000 orang telah terbunuh sementara lebih dari sejuta penduduk meninggalkan rumah mereka, sejak konflik yang terjadi di wilayah timur kota Donetsk dan Luhansk pada April 2014. Pada perkembangan lainnya Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan untuk pertama kalinya bahwa rencana untuk mencaplok wilayah Crimea, Ukraina pada Maret lalu telah dipersiapkan seminggu sebelum referendum. Crimea secara resmi diambil Rusia pada 18 Maret 2014, sehingga muncul banyak kecaman dari dunia internasional karena banyak orang – orang bersenjata di semenanjung itu. Putin saat wawancara televisi mengatakan, saat rapat sepanjang malam 22 Februari ia mulai memerintahkan untuk mengembalikan wilayah Crimea. Rapat yang diadakan setelah Presiden bayangan Ukraina, Viktor Yanukovych yang pro Rusia digulingkan dari kekuasaannya di Kiev. Menteri Luar Negeri Inggris Phillip Hammond mengingatkan dalam pidatonya pada Selasa, bahwa kebijakan yang diambil Presiden Putin secara mendasar merusak kemanan negara berdaulat di Eropa Timur. Pernyataan Hammond dikemukakan bersamaan dengan persiapan NATO untuk melakukan latihan militer skala besar di negara – negara Baltik: Latvia, Lithuania dan Estonia, dimana keterlibatan Rusia dalam konflik 11 bulan di Ukraina telah mempertegang urat saraf. “Kita sekarang dihadapkan kepada seorang pemimpin Rusia yang tidak taat kepada aturan internasional untuk menjaga perdamaian antar negara, tapi ia berusaha menumbangkannya, “ucap Hammond seperti dikutip CNA. Hammond juga mengatakan, pencaplokan wilah Crimea secara ilegal dan sekarang menggunakan angkatan bersenjata Rusia untuk mengacaukan Ukraina bagian timur. Tiga hari lalu, Presiden Poroshenko menuduh pemberontak di wilayah timur Ukraina tidak ingin menarik mundur senjata beratnya dibawah pengawasan internasional, hal ini sesuai dengan ketentuan gencatan senjata yang disepakati di kota Minsk, Belarusia. Tapi pada Senin seperti dilansir BBC, ia mengatakan: “Ukraina telah menarik mundur roket dan artileri beratnya. Para pemberontak pro Rusia juga telah menarik mundur dalam jumlah besar. “ Terkait gencatan senjata sendiri ia mengatakan: “Adanya gencatan senjata atau tidak itu hanya tergantung dari cara kita memandangnya.” Poroshenko menambahkan, sejak gencatan senjata secara resmi diberlakukan, sebanyak 64 tentara Ukraina terbunuh. Jumlah keseluruhannya 1.549 tentara Ukraina tewas sejak pemberontakan terjadi. Gencatan senjata yang diberlakukan sejak 12 Februari dipantau secara langsung oleh Organisasi Keamanan dan Kerjasama Eropa. Kedua pihak diharuskan untuk membuat daerah penyangga diantara mereka minimal 50 kilometer untuk artileri dengan peluru berkaliber 100 milimeter serta jarak 70 kilometer untuk roket dan 140 kilometer untuk roket besar dan misil. Seorang diplomat Jerman pada Senin mengatakan, Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama pada bulan lalu setuju untuk tidak mengirimkan senjata bertahan yang mematikan untuk membantu Ukraina. Duta Besar Jerman untuk AS, Peter Wittig mengatakan pada Februari dalam rapat di Gedung Putih bersama Kanselir Jerman Angela Merkel, Obama menyetujui untuk menunda pengiriman itu. Wittig menambahkan, Presiden Obama telah setuju dengan Kanselir Merkel bahwa dianggap penting untuk memberi ruang diplomatik, sementara upaya politik tetap berjalan. Pada Selasa, Menteri Luar Negeri Jerman, Frank-Walter Steinmeier mengatakan sebuah solusi untuk mengatasi masalah Ukraina masih sangat jauh dan untuk itu Ukraina membutuhkan bantuan penting mengingat keadaan ekonomi yang mengerikan. “Langkah yang sekarang diambil merupakan langkah pertama untuk menenangkan diri dari situasi, tapi kita semua tahu bahwa kita masih sangat jauh dari solusi, “ungkap Steinmeier. “Dan aku ingin menegaskan kembali bahwa bantuan keuangan yang segera dikeluarkan untuk Ukraina, mengingat buruknya kondisi ekonomi mereka. “sambung Steinmeier.
Label: gencatan senjata Crimea, Presiden Rusia, Presiden Ukraina Petro Poroshenko, Ukraina vs pemberontak, Vladimir Putin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar