SHANGHAI – Li Cailian tak akan pulang ke kampung halamannya di bagian barat daya Yunan, kali ini ia akan merayakan tahun baru China tanpa keluarganya dan memilih untuk tetap berada di Shanghai. ....“Sejak Januari saya mulai mencari tiket kereta maupun pesawat, tapi tiket kereta telah habis terjual, “ungkap Cailian. “Selain itu, perjalanan pun memakan waktu dua hari dan aku hanya mendapat hak cuti tujuh hari. Jadi waktu liburku hanya dua atau tiga hari saja, “sambung Cailian yang berprofesi sebagai produser pada sebuah stasiun televisi. Bagi Cailian, naik pesawat sudah bukan pilihan lagi karena harga tiket yang begitu tinggi sebanding dengan gaji sebulannya. Namun begitu, mahalnya harga tiket pesawat bukanlah satu – satunya alasan untuk membatalkan liburannya kali ini. “Jika aku pulang, keluarga serta teman – temanku akan menanyakan tentang pacar dan pekerjaanku. Ini menjadi beban tambahan dari keluarga besarku, terlebih lagi dari kedua orang tuaku, “tambah Cailian seperti dikutip CNA. “Orang tuaku bahkan telah mulai mencarikan jodoh untukku. Jadi, mahalnya tarif penerbangan dan kereta menjadi alasan tepat bagi Cailian untuk menghindarinya. Keberatan terkait jodoh pilihan orang tua merupakan hal yang banyak terjadi di China, khususnya bagi mereka yang lahir setelah tahun 1990. Menurut beberapa pakar, generasi anak muda China setelah 1990 kurang besrsedia untuk terikat dibanding dengan orang tua dan kakek nenek mereka. “Generasi setelah 1990 ini lebih fokus terhadap pengembangan diri mereka dibanding menjalin kehidupan pernikahan. Orang tua mereka bersedia untuk melakukan pekerjaan tambahan, namun mereka berpikir bekerja delapan jam per hari sudah cukup dan sisa waktunya dapat digunakan untuk belajar, hiburan dan bersosialisasi, “ucap Xu Benliang, Direktur Yayasan Amal Shanghai. Menurut lembaga think tank (lembaga yang meneliti dampak dari isu yang berkembang) di Beijing, dari mereka yang disurvei lebih dari setengahnya tidak akan membeli rumah, karena pembelian ini dianggap terlalu besar serta menjadi beban keuangan. Banyak dari harga rumah ini diluar jangkauan mereka untuk memilikinya dan harga properti di China pun terus melambung. Tetap saja, keberadaan tempat di kota – kota besar sangatlah terbatas. “Kota besar sangat terbatas untuk mengakomodasi kebutuhan para warganya. Beberapa dari mereka ada yang kembali ke kampung halamannya, tapi banyak juga yang mencari pekerjaan dan kesempatan lainnya di kota – kota berikutnya, “tambah Benliang. Meski demikian, bagi Cailian kota Shanghai telah menjadi bagian dari kehidupannya, sampai ia dapat mengumpulkan jerih payahnya untuk membeli tiket pesawat untuk kembali mengunjungi keluarga besar dan orang tua di kampung halamannya. Setelah tahun baru China ia berharap dapat melakukannya bersamaan dengan turunnya tarif penerbangan.
Label: Generasi 90-an China, Tahun Baru China, tingginya tarif angkutan China
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar