Tersenyum pada saat berfoto bersama dengan teman – teman sekolahnya, terlihat tak ada satupun tanda – tanda yang menghubungkan murid lelaki ini dengan algojo teroris Jihadi John. Mohammed Emwazi lahir di Kuwait berpindah tempat untuk mencari kehidupan layak di Inggris. Ia tiba di Inggris saat berusia enam tahun. Saat kecil ia mengidolakan klub bola papan atas Manchester United dan sering bermain bola di jalanan London Barat tempat pemukiman orang kaya. ...Para tetangga mengingatnya sebagai anak yang sopan, bocah lelaki pendiam yang menjadi murid di Sekolah Gereja Inggris. Saat itu ia menjadi satu – satunya murid yang beragama Islam di kelasnya. Ketertarikannya kepada sepakbola sudah terlihat sejak kecil, saat itu ia hanya bisa beberapa kata dalam bahasa Inggris. Ayah Emwazi warga asal Kuwait menemukan pekerjaan barunya sebagai seorang supir. Ia pergi ke mesjid bersama keluarganya, di dalam keluarga mereka berbicara dengan bahasa Arab. Mereka menyesuaikan cara berpakaian, semua anggota keluarga mengenakan busana dengan gaya barat. Emwazi menjadi terkenal diantara teman – teman sekelasnya di St Mary Magdalena Church of England, sebuah sekolah dasar yang terletak di Maida Vale, London Barat. Mantan teman sekelasnya sangat terkejut, hampir tak percaya bahwa anak pendiam yang mereka kenal, telah diketahui sebagai teroris paling terkenal di dunia. Dalam buku tahunan sekolahnya ketika ia beumur 10 tahun, Emwazi menuliskan permainan komputer favoritnya adalah ‘Duke Nukem: Time To Kill’ dan buku favoritnya adalah ‘How To Kill A Monster’ dari serial buku terkenal anak – anak Goosebumps. Ia juga mencantumkan grup band favoritnya ‘S Club 7’. Emwazi juga menuliskan cita – citanya ketika nanti berusia 30 tahun, “Aku akan bermain di klub sepakbola dan mencetak gol”. Biru menjadi warna favoritnya, ia juga menyukai monyet, film kartun ‘The Simpsons’ dan keripik kentang makanan kesukaannya. Perannya dalam Negara Islam sebagai penjagal sadis sangatlah jauh dari bocah yang dulunya penggemar sepak bola yang dari Kuwait pindah ke Inggris bersama keluarganya pada 1993. Keluarga asala Kuwait ini bertempat tinggal di Regent Canal sebuah wilayah eksklusif Little Venice daerah London Barat. Tiba di Inggris ayahnya bekerja sebagai pengemudi pada perusahaan jasa pengiriman barang, sementara ibunya menjadi ibu rumah tangga dengan Mohammed dan dua adik perempuannya yang kini berusia 23 dan 25 tahun. Kemudian orang tua Emwazi memiliki tiga orang anak lagi yang semuanya lahir di Inggris, hubungan anggota keluarga ini sangatlah erat, dikatakan juga bahwa kedua orang tua ini selalu siap di gerbang sekolah untuk menjemput anak – anak mereka setiap harinya. Mantan teman sekelas lainnya mengatakan, Emwazi juga pernah sesekali terlibat perkelahian di sekolah. “Ini sebuah sekolah gereja dan ia satu – satunya murid muslim dikelas. Satu saat kami mendapat pelajaran agama dan ia berdiri menceritakan tentang agamanya, “ujar seorang mantan teman sekelas lainnya. Emwazi menuliskan bahasa Arab di papan tulis untuk menunjukkan kepada kami seperti apa bentuknya dan bagaimana huruf Arab dimulai dari arah yang berbeda. Ia juga menunjukkan ayat – ayat suci dan membicarakan seperti apa agamanya. Itu ketika kami berusia delapan atau sembilan tahun. Dia juga bercerita tentang puasa. Selama di sekolah dasar penguasaan bahasa Inggrisnya belum begitu baik, awal mulanya ia hanya dapat menguasai beberapa kata, seperti memperkenalkan namanya, darimana ia berasal. Pada saat istirahat makan siang ia selalu bermain sepakbola dan setelah sekolah ia juga berlatih di sebuah klub sepakbola. Lewat sepakbola kemampuan bahasa Inggrisnya berkembang, ia belajar banyak kata – kata dan ungkapan baru. Seperti anak lelaki pada umumnya ia juga selalu ingin ditempatkan pada posisi penyerang dalam tim. Di sekolah prestasi akademisnya kurang begitu baik, ia mendapat peringkat setengah kebawah, tapi ia cukup terkenal karena menarik perhatian banyak orang. Ia lulus sekolah dasar pada 1999, Emwazi pindah ke Quintin Kynaston Community Academy, terletak di St John’s Wood. Disini ia menjadi lebih taat terhadap agamanya dan mulai mengenakan busana tradisional Islam dan adik perempuannya juga mulai memakai jilbab. Salah satu adik perempuannya yang sekarang usia 19 tahun, sangat bagus prestasi akademiknya dan menyelesaikan detil proyek film misteri pembunuhan tentang seorang pembunuh berantai wanita. Guru – gurunya mengatakan, Emwazi adalah murid yang rajin dan pekerja keras, apa yang diinginkan untuk menjadi seorang murid. Para tetangga mengatakan ia seperti remaja pada umumnya. Namun setelah ia mendapatkan jatah tempat untuk belajar komputer di Universitas Westminster, perilakunya mulai menunjukkan perubahan. Sejak itu universitas ini telah dikaitkan dengan beberapa pendukung Islam radikal dan sepertinya Emwazi telah masuk ke dalam kekuasaan mereka. Ia mulai mengunjungi mesjid yang berbeda – beda dan diketahui memiliki hubungan baik dengan Bilal el-Berjawi, yang terbunuh oleh serangan drone di Somalia tiga tahun lalu. Setelah lulus universitas pada Agustus 2009, Emwazi terbang ke Tanzania di Afrika Timur dengan beberapa temannya, pada pihak otoritas ia mengatakan akan melakukan safari alam liar. Namun ketika tiba disana mereka ditolak dan diterbangkan ke bandara Schipol di Amsterdam, Belanda. Disini Emwazi mengatakan bahwa ia diwawancarai oleh seorang agen MI5 yang dipanggil Nick. Otoritas Inggris menuduh Emwazi berencana akan masuk ke Somalia untuk bergabung dengan kelompok militan Al Shabaab dan dinas intelijen Inggris telah lama memantaunya. Namun ia membantah tuduhan ini, seraya membual ia mengatakan tidak akan membawa baju hangat rancangan Rocawear di tasnya, jika ia akan bergabung dengan militant Somalia.
Label: awalnya ingin menjadi pemain bola, bocah pendiam rajin dan pekerja keras, Jihadi John, Mohammed Emwazi, penjagal ISIS, pindah dari Kuwait ke Inggris
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar