Yaman dianggap sebagai negara yang korup dan lemah di semenanjung Arab, tak berdaya di hadapan para pemberontak, memiliki banyak suku yang mudah tersulut dan para ulama radikal serta tempat berkembang biaknya bagi para bajak laut dan jihadis. Yaman merupakan negara paling miskin di kawasan Timur Tengah yang berbanding terbalik dengan negara Arab Saudi terletak di sebelah utara perbatasan Yaman dan merupakan negara paling kaya di Timur Tengah dengan hasil minyak yang melimpah. ...Tapi Yemen, yang dalam bahasa Arab berarti ‘Arab Selatan’ dulunya selama beberapa abad telah menjadi pusat perkembangan peradaban dan kemakmuran di semenanjung Arab. Orang – orang Romawi menyebut wilayah itu dengan istilah Arabia Felix atau ‘Happy Arabia’. Dataran subur sekali yang sumber airnya berasal dari bendungan Ma’rib yang dibangun sekitar 700 SM oleh Raja Saba. Agama Islam masuk ke Yaman sesaat setelah berkembang pada abad ke 6, seperti yang terjadi di Timur Tengah dibawah kepemimpinan para Khalifah. Imam dari aliran Syiah Zaidi memegang kendali pemerintahan theokratis di Yaman Utara pada abad ke-9, membentuk sebuah tatanan politik yang pengaruhnya telah berkembang secara efektif sampai abad terakhir. Meskipun terjadi beberapa kali gangguan perampokan oleh panglima perang Turki. Namun Imam Saidi mengajarkan bahwa seseorang mempunyai hak untuk menggulingkan penguasa yang tidak bersikap adil, menjiwai pemberontakan jaman modern. Pada abad ke-19, situasi politik jaman modern di Yaman membentuk sebuah garis batas dengan wilayah yang dikuasai kekuatan asing. Kekaisaran Ottoman memperluas wilayah kekuasaannya ke bagian selatan Arab mulai dari kota suci Mekah dan Madinah, merebut kota Sana’a dan wilayah sekitarnya. Pada 1832 tentara Inggris menangkap Aden, yang dianggapnya sebagai jalan keluar yang strategis untuk mengatasi masalah antara Eropa dan wilayah colonial di India. Pada 1904, Kaisar Ottoman menyetujui untuk membagi daerah kekuasaan. Wilayah Yaman terpecah menjadi dua bagian, Yaman Utara dikuasai oleh pemerintahan Ottoman sementara Inggris mendapat hak atas wilayah Yaman Selatan. Ketika Kekaisaran Ottoman runtuh pada akhir Perang Dunia Pertama, memotong wilayah Yaman menjadi sebuah kerajaan yang independen dipimpin oleh Imam Zaidi. Dengan bantuan Mesir, Arab Saudi yang beraliran Nasionalis menggulingkan kerajaan yang telah berkuasa sejak tahun 1962, dengan tujuan untuk membentuk sebuah negara republik. Namun setelah itu meletuslah perang saudara yang dibiayai oleh royalis Arab Saudi selama hampir satu dekade. Daerah yang dilindungi Inggris ini bertahan sampai 1967, menyusul terjadinya tekanan kekerasan dari pemberontak selama lima tahun. Setelah wilayah Yaman Selatan dikuasai Marxists sebuah golongan radikal pada 1970, akhirnya wilayah ini menjadi ‘People’s Democratic Republic of Yemen’. Perubahan ini mendapat dukungan penuh dari tokoh – tokoh komunis, salah satunya tokoh komunis Uni Soviet saat itu. Pada tahun 1986, dibentuk sebuah perkumpulan untuk mempelajari ajaran-ajaran Syiah Zaidiyah. Perkumpulan itu disebut dengan Ittihad asy-Syabab (Persatuan Pemuda). Untuk memperlancar proses pembelajarannya, salah seorang ulama Zaidiyah yang bernama Badrudin al-Houthi mendatangkan para pengajar dari berbagai daerah untuk menetap di wilayah Sha’dah. Pada 1990 kedua negara Yaman ini akhirnya bersatu menjadi negara Republik Yaman. Saat itulah Ittihad asy-Syabab menjelma menjadi partai politik dengan nama baru Partai al-Haq (Hizbul Haq) sebagai penyambung aspirasi Syiah Zaidiyah di Republik Yaman. Dari partai itu juga muncul seorang kadernya yang bernama Husein bin Badruddin al-Houthi, anak dari Badrudin al-Houthi. Ia menjadi seorang politisi yang terkenal dan menjadi anggota parlemen (DPR) Yaman pada 1993-1997 dan 1997-2001. Namun situasi politiknya ditandai dengan perkelahian jarak dekat, percobaan pembunuhan dan kudeta militer. Tak lama setelah penyatuan kedua wilayah Yaman, perselisihan terkait pembagian kekuasaan menyebabkan pemimpin dari Selatan mendeklarasikan negara sendiri. Tapi kampanye yang cepat dan kejam pada Mei 1994 membatalkan niat pemisahan wilayah ini. Sebelumnya Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh pernah memimpin Yaman Utara sejak 1978. Selama bertahun – tahun ia menghabiskan waktu untuk mengkonsolidasikan jabatan politiknya daripada menjalin kerjasama untuk membentuk negara demokrasi yang stabil. Kemiskinan, korupsi dan lemahnya penegakan hukum menjadi latar belakang masuknya kelompok Al-Qaeda ke Yaman. Hal ini terbukti kuat dengan insiden pengeboman USS Cole di pelabuhan. Masih banyak perselisahan yang terjadi antar suku di Yaman, mengakibatkan kurang rasa persatuan atas negara ini. Terbentuknya kelompok pemberontak separatis Shi’te Houthi yang didukung oleh Iran. Dalam situasi kekacauan ini, AS dilaporkan telah melakukan strategi melakukan perang rahasia. Sehingga pihak AS menurunkan ahlinya untuk melakukan ini yaitu dinas intelijen CIA. Target utama mereka adalah para anggota milisi Al-Qaeda. CIA menurunkan pasukan khusus dan memakai ‘drone’ (pesawat tak berawak) untuk menjalankan misinya. Seperti halnya Afghanistan, intervensi pihak asing tak dapat sepenuhnya menuai hasil yang baik dan selalu lebih banyak menimbulkan kerugian.
Label: Amerika Serikat, CIA, Inggris, Kekaisaran Ottoman, Sejarah politik, Yaman, Yaman Selatan, Yaman Utara
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar