Pembunuhan terhadap sedikitnya 12 orang pada sebuah majalah Perancis merupakan sebuah ancaman, karena penggambarannya atas agama Islam sehingga memperburuk perkembangan sentimen anti Islam di Eropa, ungkap seorang anilis politik. Insiden penembakan pada kantor ‘Charlie Hebdo’ perusahaan media cetak yang menerbitkan tabloid sindiran di Paris dilakukan oleh pria bersenjata dengan wajah tertutup, menambah situasi ketegangan dengan partai anti imigran yang mendominasi di Perancis. .... Pembakaran mesjid di Swedia dan ribuan warga yang melakukan pawai di Jerman yang mengutuk Islamisasi di Barat. Joerg Forbrig dari German Marshall Fund mengatakan, “Insiden yang terjadi di Paris hanya akan mengobarkan api amarah. Akan memperkuat persepsi pemikiran dari gerakan anti Islam bahwa Islam merupakan ancaman untuk negara kami, “seperti dikutip Bloomberg. Salah satu dari tiga tersangka yang pada saat penyerangan meneriakkan ‘Allahu Akbar’ menyerahkan diri ke pihak kepolisian. Sementara dua lainnya masih melarikan diri, polisi mengingatkan bahwa keduanya bersenjata dan berbahaya. Kantor tabloid yang selalu menyindir para tokoh agama, politisi, serta pejabat negara ini sebelumnya pernah dilempari bom Molotov pada 2011, ketika mereka menampilkan penggambaran sosok Nabi Muhammad. Tak lama setelah itu Charlie Hebdo kembali menerbitkan gambaran yang mengejek nabi umat Islam ini, sehingga menimbulkan kemarahan umat muslim seluruh dunia. Ekonomi Yang Buruk Geert Wilders ketua partai anti Islam ‘Partai Kebebasan’ di Belanda, membidik dari segi politik Belanda dan Eropa dan pandangan Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte. “Kapan Rutte dan pemimpin barat lainnya akan menyadari pesan dari kejadian ini, Ini perang, “ujar Wilders. Pembentukan politik di Eropa, yang berjuang untuk menaungi wilayahnya dengan keadaan ekonomi yang buruk dan banyaknya pengangguran, telah diterjang oleh kelompok – kelompok pemberontak yang telah mengeksploitasi demi meningkatnya sentimen terhadap adanya warga imigran dan Muslim. “Eropa berada di dalam genggaman yang penuh ketegangan yang mempertanyakan keberadaan Islam dan imigrasi, “ungkap Shada Islam, seorang direktur lembaga Friends of Europe (Sahabat Eropa) di Brussels. “Ada sebuah ancaman bahaya sebagai akibat dari menguatnya penolakan kampanye anti imigrasi, tapi Anda harus memiliki strategi jangka panjang ketika emosi tersebut mereda.” Tindakan pembantaian yang disamakan sebagai aksi barbar ini mendapat kecaman dari anggota Dewan Agama di Perancis. Para pemimpin dari negara Islam dan organisasi Islam menyatakan kemarahannya atas aksi pembantaian itu. Sebuah kelompok Front Nasional yang juga menyebutkan bahwa semua orang yang mempunyai komitmen terhadap nilai – nilai republic dan demokrasi harus menghindari provokasi yang hanya membuat suasana buruk menjadi lebih buruk lagi. Kepada umat muslim Perancis lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap adanya manipulasi yang dilakukan kelompok – kelompok ekstrimis. Ketua Front Nasional, Marine Le Pen mengatakan, dalam video yang diunggah di situs resmi partainya setelah serangan itu “waktunya habis penolakan dan kemunafikan”. Demonstrasi yang dilakukan oleh kelompok Pegida (Patriotik Eropa Melawan Islamisasi Barat). Aksi yang dimulai pada Oktober 2014 melibatkan 18.000 orang simpatisannya. Karl-Heinz Kamp dari Institut Kebijakan Publik di Berlin memprediksi sebelum kejadian, bahwa pecahnya insiden seperti penembakan di Paris akan meningkatkan gelombang aksi dari kelompok Pegida. “Gerakan seperti ini akan meledak di Jerman, ketika ada insiden yang melibatkan kekerasan yang dilakukan oleh umat muslim. Ini akan berkembang menjadi sepuluh kali lipat setelah kejadian di Paris atau Jerman, “ujar Kamp saat wawancara bulan lalu. Di Swedia partai Sweden Demokrat yang anti imigrasi melonjak pada pemilu September silam, dengan angka 13% dan menyebabkan krisis politik dengan memblokir anggaran pemerintahan yang baru. Pihak kepolisian melakukan penyelidikan terhadap penembakan terhadap tiga mesjid di Swedia yang terjadi dalam rentang waktu dua minggu. “Ini adalah sebuah peristiwa yang tidak akan mengubah siapa pun, tapi akan menguatkan pandangan bagi orang – orang yang sudah yakin, “ungkap Anders Sannerstedt seorang politik senior setelah penembakan Paris. Namun hal lain yang mengejutkan terjadi, ketika demonstrasi anti Pegida yang melibatkan hampir 30.000 demonstran. Aksi yang serentak dilakukan di beberapa kota Berlin, Cologne, Dresden, Hamburg, Stuttgart, Muenster. Sebelumnya Kanselir Jerman, Angela Merkel menghimbau warga negaranya untuk tidak terpengaruh terhadap sikap kebencian dari kelompok Pegida. Merkel mengatakan, bahwa nilai – nilai yang dianut Jerman adalah mendukung demokrasi dan pluralisme. Seorang penulis novel terkenal ‘Harry Potter’, J.K Rowling melakukan kecaman keras terhadap raja media Rupert Murdoch. Lewat akun twitternya Murdoch berkicau, “Mungkin sebagian umat muslim damai, namun seluruhnya harus bertanggung jawab sampai mereka tumbuh ‘menjadi kanker jihad’ dan bekerja untuk menghancurkannya.” Rowling membuat kicau balasan pad akunnya, “Saya terlahir sebagai orang Kristen. Jika itu (penembakan) membuat Rupert Murdoch sebagai tanggung jawabku, secara langsung aku akan menjadi orang yang dikucilkan.”
Label: anti islam, Gerakan Anti Islam, imigran muslim Eropa, Pegida Jerman
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar