PARIS – Menurut jurnal yang diterbitkan dari Living Planet Report WWF 2014 menunjukkan bahwa dari 1970 sampai 2010 terjadi penurunan sebesar 39% dari populasi satwa liar darat dan laut yang tersisa. Sementara untuk satwa yang hidup di populasi air tawar penurunannya cukup tinggi yaitu 76%. Satwa Liar Terancam Punah Akibat Ulah Manusia PARIS – Menurut jurnal yang diterbitkan dari Living Planet Report WWF 2014 menunjukkan bahwa dari 1970 sampai 2010 terjadi penurunan sebesar 39% dari populasi satwa liar darat dan laut yang tersisa. Sementara untuk satwa yang hidup di populasi air tawar penurunannya cukup tinggi yaitu 76%. Hanya dalam empat dekade ini jumlah satwa liar ini angka ini jatuh lebih dari setengahnya -namun pertumbuhan populasi manusia dibumi meningkat hampir dua kali lipat-, berdasarkan sebuah survey dari 3.000 hewan bertulang belakang yang diumumkan Selasa 30/9. Perkiraan angka ini “Secara rata – rata dari jumlah mamalia, burung, reptile, ampibi dan ikan di seluruh dunia adalah setengahnya pada 40 tahun lalu” tulis laporan itu, seperti dilansir situs channelnews. WWF memperingatkan banyaknya binatang yang menjadi buruan manusia ini menyebabkan penurunan sebesar 52%, lebih cepat dibanding laju pertumbuhannya. Living Planet Report WWF pada 2012 menunjukkan penurunan sebanyak 28% dalam periode 1970 – 2008 berdasarkan analisa terhadap 2.688 hewan. Laporan baru yang menunjukkan pertumbuhan dan penurunan 10.000 populasi dari 3.038 spesies mulai dari gajah sampai ikan hiu, kura – kura hingga elang. Ini pertanda bahwa manusia banyak mengkonsumsi sumber alam. Menggunduli hutan lebih cepat dibanding proses peremajaan hutan itu sendiri, menangkap lebih banyak ikan yang tak tergantikan oleh alam. Seiring dengan penurunan keanekaragaman hayati, peningkatan jumlah penduduk dan konsumsi per kapita di Asia terus mendorong peningkatkan jejak ekologis di kawasan ini. Secara global, tuntutan kebutuhan manusia pada planet ini telah mencapai 50% lebih banyak dari apa yang alam dapat sediakan secara alami. Dengan kata lain, dibutuhkan 1,5 Planet Bumi untuk dapat memproduksi kebutuhan-kebutuhan manusia saat ini. “Kita menggunakan pemberian alam seperti layaknya kita memiliki lebih dari satu Bumi, “ungkap Direktur Jenderal WWF Marco Lambertini. “Dengan mengambil lebih banyak serta merusak ekosistim dan proses alamiah yang dapat ditambah, kita membahayakan masa depan kita sendiri” tambahnya seperti dilansir AFP. Dengan proses pertanian dan metode irigasi yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan pendapatan per hektarnya dari sektor pertanian. Ledakan populasi manusia telah mengurangi kualitas lingkungan hidup dan ketersediaan lahan. Angka pertumbuhan penduduk meningkat tajam dari 3,7 miliar jiwa pada 1970 menjadi hampir tujuh miliar jiwa di 2010. CEO WWF Indonesia Dr. Efransjah mengatakan, “Terjadinya fragmentasi, degradasi serta hilangnya habitat satwa merupakan sebuah ancaman berkelanjutan binatang yang hampir punah. Seperti Harimau Sumatera, Badak Jawa, Gajah Sumatera, Badak Sumatera, Orangutan Kalimantan, dan Orangutan Sumatera. Untuk mempertahankan keberlangsungan hidup spesies tersebut, masyarakat dituntut untuk mampu menahan dan mencegah laju degradasi demi sebuah masa depan yang lebih baik, “seperti dilansir situs WWF. Laporan WWF tersebut mengingatkan seiring dengan meningkatnya pertumbuhan populasi manusia yang diprediksi mencapai angka 9,6 miliar jiwa pada 2050 dan akan terus bertambah mencapai angka 11 miliar pada 2100. “Masyarakat sebagai penghuni Bumi diberi kemampuan untuk menentukan pilihan dalam menjalani gaya hidupnya secara bijak, untuk mengurangi tekanan pada Bumi serta mencegah hilangnya keanekaragaman Hayati yang lebih banyak lagi. WWF terus mendesak sektor bisnis untuk melakukan perubahan dalam sistim produksinya, agar produk yang dihasilkan bersifat ramah lingkungan,”seperti dilansir WWF, “ungkap Dr. Efransjah Penurunan kualitas hidup dan hilangnya habitat, serta pengankapan dan perburuan satwa liar kemudian dibarengi dengan perubahan iklim merupakan ancaman terbesar bagi keanekaragaman hayati global. Dari ribuan spesies yang dikaji sebanyak 56% yang hidup di daerah tropis mengalami penurunan, sementara pada kawasan dengan iklim sedang hanya 36% penurunannya. Kawasan Amerika Latin merupakan yang terparah karena kehilangan habitatnya mencapai 83%.
Label: ancaman kepunahan satwa, satwa liar, WWF
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar