Misteri Kematian Raja Richard III Terungkap LEICESTER - Raja Richard III diketahui berusia 32 tahun, saat ia menghembuskan nafas terakhirnya. Saat itu tahun 1485 ia terlibat pertempuran di Bosworth Field. Ia terkepung oleh pasukan musuh, setelah helmnya tejatuh para musuh menyerangnya dengan membabi buta hingga ia mengalami luka parah dan meninggal. Para musuhnya itu menyebabkan Raja Richard menderita luka yang sangat parah. Ia mengalami 2 luka tusukan dibelakang kepalanya, satu berasal dari tusukan pedang, sementara satu lagi dari tombak. Misteri Kematian Raja Richard III Terungkap LEICESTER - Raja Richard III diketahui berusia 32 tahun, saat ia menghembuskan nafas terakhirnya. Saat itu tahun 1485 ia terlibat pertempuran di Bosworth Field. Ia terkepung oleh pasukan musuh, setelah helmnya tejatuh para musuh menyerangnya dengan membabi buta hingga ia mengalami luka parah dan meninggal. Para musuhnya itu menyebabkan Raja Richard menderita luka yang sangat parah. Ia mengalami 2 luka tusukan dibelakang kepalanya, satu berasal dari tusukan pedang, sementara satu lagi dari tombak. Seorang peneliti dari Universitas Leicester mengatakan, terdapat 9 luka pada tengkoraknya setelah ia kehilangan helmnya. Kemudian dua luka lainnya terdapat pada badannya setelah pelindung badannya lepas. Ia juga diseret mengelilingi medan peperangan sehingga menimbulkan luka dibagiannya pinggulnya. Penelitian ini ditetapkan sebagai bukti medis yang sangat detil dari kematian Raja Richard III yang pernah dikumpulkan. Hasil penelitian para arkeolog dari Universitas Leicester ini dipublikasikan Rabu kemarin dalam jurnal kedokteran Lancet. Professor Sarah Hainsworth mengatakan, ditemukan bukti dari ‘serangan berulang kali’ dari sekelompok penyerang. “Apa yang harus kita ingat adalah pertempuran abad pertengahan sangatlah berdarah dan brutal” ungkap Hainsworth seperti dilansir Dailymail. “Mereka akan memastikan bahwa orang itu telah mati, kemudian jasadnya dipamerkan kepada semua orang untuk membuktikan bahwa benar sudah tak bernyawa lagi. Pada kedua lengannya tidak terdapat luka, karena pelindung tangannya masih terpasang, sementara wajahnya hampir tidak dapat dikenali, “tambah Hainsworth. Sisa dari sejarah raja Monarki ini telah dipelajari sejak ditemukannya tengkorak Richard III oleh para arkeolog di tempat parkir mobil di pusat kota Leicester, Inggris pada 2012 lalu. Ia merupakan raja monarki terakhir yang tewas di pertempuran, dengan kampanye akhir untuk menghentikan ‘War of Roses’ (Perang Mawar) antara keluarga Lancaster dan keluargaYork. Perang Mawar mewakili keterlibatan 2 keluarga yang memperebutkan tahta Kerajaan Inggris, Mawar merah dari Lancaster dan mawar putih dari York. Pada Mei lalu sidang pengadilan di Inggris memutuskan bahwa Raja Richard III harus dikuburkan kembali di tempat ia menghembuskan nafas terakhirnya. Dengan harapan yang tinggi, keturunan dari Richard III menginginkan jenazahnya dibawa untuk dimakamkan di York daerah bagian utara Inggris. Menurut catatan sejarah Raja Richard III terbunuh pada pertempuran di Bosworth Field dekat Leicester pada 22 Agustus 1485 dan tertulis juga bahwa Richard dipaksa turun dari kudanya setelah ia terjebak dilumpur dan kemudian ia dibunuh dengan cara yang sadis. Perang Mawar yang memperebutkan kursi kerajaan Inggris ini berlangsung selama 30 tahun. Penelitian yang dipimpin Hainsworth menggunakan CT-scan dan pencitraan mikro untuk menganalisa trauma pada tulang serta menentukan luka – luka yang fatal. Guy Rutty seorang ahli patologi yang tergabung dalam tim ini mengatakan, beberapa luka fatal yang mengakibatkan kematiannya adalah dua luka yang terdapat dikepalanya. Benda tajam yang diperkirakan dari pedang atau senjata prajurit seperti tombak dan luka tusukan dari benda yang berujung tajam. Mereka juga menganalisa tanda – tanda luka pada tulangnya untuk menentukan jenis senjata abad pertengahan, yang telah merenggut nyawanya ini.
Label: House of Lancaster, house of York, Raja Richard III, university Leicester, Wars of Roses
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar