Satu tim pendayung yang semuanya beranggotakan wanita tiba di Australia setelah 257 hari mengarungi lautan. Perjalanan sejauh 8446 mil laut (13.592 km) ditempuh selama 9 bulan dimulai dari perairan Amerika Serikat menyeberangi samudera Pasifik menuju Australia. Foto/TELEGRAPH: Coxless saat masuk garis finish disambut keluarga dan teman ... Tim yang diberi nama Kru Coxless memulai dayungan pertamanya tepat di bawah Jembatan Golden Gate, San Fransisco pada April 2015. Kru Coxless yang memiliki tiga pendayung tetap Laura Penhaul, Natalia Cohen dan Emma serta didukung tiga pendayung lainnya Isabel Burnham, Lizanne Van Vuuren dan Meg Dyos. Tiga nama terakhir ini mendayung hanya mendayung secara bergantian. Coxless kru dalam perjalanannya melakukan dua kali pemberhentian di Hawaii dan Samoa untuk mengisi perbekalan. Kapal sepanjang 29 kaki (8,8 meter) ini membawa sebanyak 6 wanita asal Inggris dan mampu menyentuh garis finish di Cairns, Marlin Marina, Queensland City sebelum pukul 01.00 waktu setempat pada Senin (25/1). Para anggota keluarga serta teman-teman mereka telah menunggu untuk melakukan penyambutan. Seluruh anggota tim mengungkapkan perasaan mereka dengan menyatakan bahwa ini merupakan sebuah perjalanan yang luar biasa. “Ini merupakan sebuah perjalanan luar biasa dan sebuah kedatangan yang luar biasa juga diluar dugaan kami,” ujar Penhaul yang berprofesi sebagai fisioterapis, seperti dilansir Telegraph. “Kerja keras kami yang sangat panjang terbayar dengan mencapai garis finis sebagai sebuah persahabatan,” tambahnya. Foto/TELEGRAPH: Formasi terakhir Coxless saat menyentuh garis finish Meskipun jadwal perjalanan menjadi tiga bulan lebih panjang dari rencana awal, mereka mampu menorehkan dua rekor dunia baru yaitu tim pertama yang semua anggotanya wanita dan tim pertama terdiri dari empat orang menyeberangi Pasifik. “Sebenarnya sangat aneh untuk mengetahui bahwa ini saat terakhir kami berada di atas air,” jelas Cohen, 40, ketua tim ekspedisi. “Ini sedikit sedih, tapi saya pikir kami semua bergembira secara bersamaan,” tambah Cohen. Untuk dapat menuntaskan perjalanan ini mereka menggunakan strategi mendayung. Dua pasang pendayung secara bergantian selama dua jam mengayuh perahu, kemudian tidur selama 90 menit. Setiap anggota tim harus mengkonsumsi sebanyak 5.000 kalori per harinya. Mereka melahap makanan kering yang dibekukan dengan bentuk batangan yang mengandung kaya protein berbentuk, cokelat, buah atau kacang. Untuk keperluan air bersih mereka memakai air laut yang kandungan garamnya telah dihilangkan. Perayaan istimewa pada hari Natal juga mereka rayakan di tengah laut pada 25 Desember. Selama menempuh perjalanan ini mereka harus berhadapan dengan badai tropis dengan terjangan ombak setinggi bangunan rumah. Juga kehadiran ikan paus ke permukaan air yang jaraknya dekat dengan perahu mereka. Tak hanya basah kuyup akibat terpaan hujan serta luka-luka di kulit akibat air laut, namun mereka juga dihadapkan dengan suhu udara yang sangat panas. Terpaan sinar matahari dimanfaatkan untuk membuat camilan pancake. Tujuan dilakukannya ekspedisi ini adalah menggalang dana untuk yayasan Walking With The Wounded dan Peduli Kanker Payudara. Ekspedisi ini juga dibuat dokumentasi dalam bentuk film dokumenter dengan judul Losing Sight Of Shore.
Label: 257 hari di laut, 4 pendayung wanita seberangi samudra pasifik, Coxless Crew, dua jam mendayung, Tim Coxless
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar