SEOUL – Permusuhan antar saudara, percobaan kudeta di ruang rapat dan tindakan pembunuhan pendiri perusahaan adalah perselisahan keluarga yang melanda salah satu keluarga konglomerat terbesar Korea. Pemberitaan ini banyak memunculkan opini publik, dengan tiga peran protagonis utama yang hampir tiap hari menuai ancaman di televisi. ... Terdapat sebuah ungkapan menyesatkan dari Walt Disney, “bahwa seorang pria tak boleh mengabaikan anggota keluarganya”. Pria 92 tahun pendiri Lotte Group yang berbasis di Seoul, Korea Selatan dan kedua putranya telah menunjukkan sedikit kepedulian dibanding dampak yang besar bagi perusahaan ritel terbesar Korea ini. Tidak seperti sejak perkelahian klan yang sama merobek Hyundai Grup sekitar 15 tahun lalu, perebutan kekuasaan korporasi yang signifikan telah menjadi tontonan publik. “Ini bukti lebih lanjut bahwa keluarga ini berpikir dapat melakukan apa saja yang mereka kehendaki, “ucap Kim Woo-Chan, seorang analis Pusat Tata Kelola Perusahaan (CGCG). “Mereka masih hidup di abad ke-20, menjalankan dan memperebutkan perusahaan layaknya perusahaan milik mereka sendiri tanpa adanya pemegang saham, “ucap Kim dilansir AFP. Sebagai taruhannya dalam perseteruan Lotte yang memiliki 80 unit property di Korea, mencakup ritel, taman hiburan, hotel – hotel dan pabrik bahan kimia secara keseluruhan aset ini senilai USD 90 miliar (Rp 1.214 triliun ). Perusahaan ini didirikan di Jepang pada 1948 oleh Shin Kyuk-Ho yang lahir di Korea Selatan dan dia tumbuh dari seorang penjual permen karet menjadi pengusaha raksasa penganan. Setelah hubungan Tokyo dan Seoul pulih kembali pada 1965, usaha ini berkembang ke Korea Selatan, dimana operasi usahanya di Jepang dalam hal pendapatan jadi terlihat kecil. Pada awal minggu lalu, Shin dan putra tertuanya Shin Dong-Joo terbang ke Tokyo berusaha untuk mengabaikan para pemimpin senior Lotte Holdings, termasuk CEO dan anak termuda Shin, Shin Dong-Bin. Namun putra kecilnya ini berjuang melawan ayahnya dan sehari kemudian tak hanya pemecatan yang dibatalkan dia juga mencabut ayahnya dari posisi CEO pendamping. Dalam pernyataannya Dong-Bin mengatakan bahwa bahwa anak tertua telah mengambil keuntungan dari kelemahan ayahnya dan selama beberapa tahun mencoba melakukan kudeta pada ruang rapat. Dia mengambil alih kepemimpinan dan menempuh banyak kesulitan dalam mengambil keputusan ke Jepang dan memaksanya membuat pengumuman verbal, “tulisnya dalam pernyataan. Jika harus dihadapkan dengan kedua putranya, loyalitas sang ayah masih diragukan. Setelah Dong-Joo dilengserkan dari jabatan pentingnya pada kantor Lotte di Jepang Januari lalu dan penunjukkan Don-Bin sebagai CEO dari Lotte Holdings bulan lalu, banyak yang menduga bahwa putra keduanya dianggap sebagai penerus perusahaan. Namun, Shin Kyuk-Ho ayah dari keduanya berkeras bahwa dia tak pernah pernah menunjuk putra bungsunya menjadi pewaris Lotte dan dia juga tak akan pernah memaafkan atas pencopotan jabatannya dari perusahaan induk. Perselisihan keluarga ini akan memasuki babak baru dengan akan diadakannya rapat pemegang saham di Tokyo minggu ini. Putra sulungnya telah mengatakan bahwa dia akan menyerukan pemecatan kepada seluruh dewan eksekutif. Kedua putra mengklaim memiliki dukungan dari para pemegang saham. Situasi ini semakin sulit melihat struktur Bizantium dari Lotte Group, dengan kepemilikan saham melingkar, sehingga sulit untuk menguraikan siapa yang memiliki dan mengontrol.
Label: Korea Selatan, Lotte Group, ritel, Seoul, Shin Dong-Bin, Shin Dong-Joo, Shin Kyuk-ho
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar