Industri senjata adalah bisnis global yang memproduksi senjata dan teknologi militer serta peralatannya. Ini terdiri dari industri komersial yang terlibat dalam penelitian, pengembangan, produksi, dan layanan kebutuhan militer, peralatan, dan fasilitas. ... Perusahaan yang memproduksi senjata, yang juga biasa disebut kontaktor pertahanan atau industry militer membuat senjata terutama untuk angkatan bersenjata atau Negara. Beberapa pemerintahan juga melakukan usaha pada industry senjata, pembelian dan penjualan senjata, amunisi serta peralatan militer lainnya. Produk dari senjata termasuk senjata api, amunisi, rudal, kendaraan militer, pesawat militer, kapal serta sistim elektronik dan lainnya. Penelitian dan pengembangan juga dilakukan dalam industri persenjataan juga disediakan dukungan operasi dan logistik. Anggaran belanja persenjataan militer diseluruh dunia per tahunnya diperkirakan mencapai USD 1,5 triliun atau setara dengan 2,7% GDP Dunia. Angka ini mengalami penurunan jika dibanding pembelanjaan militer pada 1990 yang mencapai 4% GDP dunia. Sebagian dari angka ini untuk pengadaan perangkat keras militer dan layanannya dari industry militer. Data dari International Peace Research Institute di Stockholm (SIPRI) menunjukkan gabungan penjualan senjata pada 2012 dari 100 perusahaan besar pembuat senjata diperkirakan mencapai USD 395 miliar (Rp 5221 triliun ). Susan Jackson seorang pakar dari SIPRI mengatakan langkah – langkah penghematan yang diambil Eropa Barat dan AS memperlambat atau menunda pengadaan sistim persenjataan yang berbeda. Perdagangan senjata internasional pada 2004 nilainya lebih dari USD 30 mliar (Rp 396,5 trilun). Angka ini diluar angka penualan senjata domestik. Perdagangan senjata menjadi salah satu sektor yang terkena dampak dari krisis kredit, sehingga pada 2008 membuat nilai kesepakatan yang ada di pasar harus dipangkas setengahnya dari USD 32.9 miliar menjadi USD 14.3 miliar (Rp 189 triliun). Banyak dari negara – negara industri memiliki industri persenjataannya sendiri guna mendukung angkatan bersenjatanya. Beberapa negara juga melakukan perdagangan dalam negeri secara legal dan ilegal untuk digunakan warganya. Pada negara – negara dan wilayah dengan keadaan politik yang tidak stabil banyak terjadi perdagangan senjata ilegal. Pada situasi ini hanya persenjataan ringan yang mendominasi. Hasil survey menunjukkan, diperkirakan 875 juta senjata ringan tersebar di seluruh dunia, yang diproduksi oleh 1.000 perusahaan dari hampir 100 negara. Kontrak untuk memasok kebutuhan persenjataan militer diberikan oleh pemerintah, membuat kontrak senjata menjadi hal penting yang mendasar dalam dunia politik. Hubungan antara politik dengan perdagangan senjata dapat mengakibatkan pengembangan dengan apa yang disebut Presiden Amerika Dwight D Eisenhower sebagai kompleks industri militer. Hal ini terlihat dari dekatnya hubungan antara angkatan bersenjata, perdagangan dan dunia politik. Bebagai macam perusahaan senjata mengadakan penawaran untuk mendapatkan kontrak yang sering kali nilainya mencapai miliaran US dolar, diantaranya ada perusahaan publik ada juga perusahaan swasta. Terkadang, seperti kontrak untuk pembuatan pesawat tempur bersama, terjadi proses tender yang kompetitif dimana keputusan diambil sesuai dengan desain yang diajukan dari perusahaan yang terlibat. Pada kasus teroris ISIS, sekelompok tim independen melakukan pengumpulan bukti – bukti atas penggunaan senjata dan amunisi yang terbuat dari sedikitnya 21 negara berbeda, termasuk China, Rusia dan Amerika Serikat. Menurut laporan penelitian dari Conflict Armament, banyak ditemukan senjata jenis WOLF pabrikan Rusia yang diperuntukkan bagi perusahaan Sporting Supplies International Inc dari California, AS. Senjata dengan diameter peluru 7.62 x 54R untuk senjata mesin dan laras panjang yang digunakan oleh militant ISIS. Perusahaan swasta ini mencatatkan penjualannya senilai USD 5,7 juta (Rp 75,3 miliar) ke Departemen Pertahanan AS antara 2007 dan 2010. Pemerintah New Delhi merupakan pembeli terbesar bagi industri persenjataan militer Israel, sementara Rusia berada dibawah India sebagai pelanggan kedua terbesar bagi Israel. Saat kunjungan pertamanya pada pameran peralatan militer di India, Moshe Ya’alon Menteri Pertahan Israel mengatakan India adalah negara penting bagi industri pertahanan negaranya. “Kami sangat terbuka untuk sedikit atau banyaknya penjualan apapun, “ucap Ya’alon di pavilun Israel saat pameran, seperti dikutip Reuters. Perusahaan pertahanan besar asal Israel, Elbit Systems dan Rafael Advanced Defence Systems (RADS) berpartisipasi dalam pameran ini. India memilih untuk membeli rudal penjelajah Spike anti tank buatan RADS senilai USD 525 juta (Rp 6,9 triliun) dibanding dengan tawaran untuk membeli rudal Javelin buatan AS. United Technologies yang membuat pesawat, sistim elektronik dan mesin mencatatkan total penjualan senjata sebesar USD 58,2 miliar (Rp 769,3 triliun) Laba kotor perusahaan ini mencapai USD 5,3 juta (Rp 70 triliun). UT mempekerjakan 199.900 karyawan. UT juga memproduksi helikopter militer termasuk jenis Black Hawk untuk angkatan darat AS dan helikopter Seahawk untuk angkatan laut AS. Perusahaan Lockheed Martin membuat pesawat, sistim elektronik, rudal. Lockheed mencatatkan penjualan USD 46,5 miliar (Rp 614,6 triliun ). Penjualan senjata terdiri 78% dari total penjualan pada 2011. Lockheed yang memiliki 123.000 tenaga kerja membuat berbagai macam produk, termasuk pesawat, rudal, sistem tak berawak dan sistem radar
Label: anggaran belanja pertahanan negara, keuntungan penjualan senjata, penjualan senjata, persenjataan militer, SIPRI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar