WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Barrack Obama akan mendarat di Havana, Kuba pada Minggu (20/3). Hal ini dilakukan untuk mengakhiri hubungan yang sebelumnya dingin antara AS – Kuba. Obama ingin kembali menjalin hubungan yang harmonis dengan Kuba serta melancarkan hubungan kepresidenan yang menjadi suram selama ini. Foto/Getty: Tujuan Obama pulihkan hubungan harmonis kedua negara ... Obama menjadi Presiden AS pertama yang akan menginjakkan kakinya di Kuba setelah Calvin Coolidge yang menjabat Presiden AS pada 1923. Presiden Coolidge mengunjungi Kuba pada 1928 dengan menggunakan kapal perang, sebelum ditemukannya penisilin atau ballpoint (pulpen berujung bola kecil). Dalam kunjungannya nanti Obama akan didampingi ibu negara Michelle Obama serta kedua putri mereka Sasha dan Malia. Direncanakan Obama akan melakukan tur kota Havana Tua duduk berdampingan dengan Raul Castro. Presiden AS ini juga akan memberikan pidatonya di hadapan warga Kuba. Selama ini otoritas Kuba telah menanamkan propaganda seumur hidup untuk melawan imperialisme AS kepada para warganya. Obama akan mengadakan pembicaraan dengan pemerintahan komunis Kuba, kendati demikian Gedung Putih telah menyatakan dengan jelas bahwa pendekatannya akan mengarah secara langsung kepada rakyat Kuba. Obama akan menemui para warga yang menentang negaranya, pelaku wirausaha. Pidato Obama nantinya akan disiarkan langsung pada Minggu (20/3) di radio dan televisi. “Kami menganggap piato ini sebagai hal momen unik dalam sejarah kedua negara,” ucap Ben Rhodes, Penasehat Senior Kebijakan Luar Negeri AS dan arsitek dari kunjungan Obama ini. Diharapkan Obama akan sampai pada pembahasan obligasi umum, seperti halnya menjalin keterbukaan yang lebih luas lagi. Strategi yang dilakukan Presiden Obama dengan melakukan kerjasama ekonomi dengan harapan diikuti reformasi hubungan politik kedua negara. Hal ini akan membuka pintu bagi kedua warga negara untuk saling berkunjung untuk berlibur, melakukan perdagangan, serta menjalin komunikasi dengan Kuba. Masih banyak warga AS yang memandang Kuba sebagai sebuah ‘pulau penjara’ hasil dari pemerintahan John F Kennedy yang identik dengan kobaran semangat, komunisme dan represi. Politikus AS juga berpikir sebaliknya, bahwa keterlibatan AS tak seharusnya bergantung pada konsesi dari mantan musuh perang dinginnya. Obama dan pemerintahannya bersikeras untuk mewujudkan hubungan baik ini dengan memberikan kebaikan. Hal ini berbanding terbalik dengan kebijakan pemerintahan AS sebelumnya terhadap Kuba yang dianggap gagal selama 50 tahun terakhir. “Ini bukan soal memberikan konsesi. Ini adalah masalah dan kita terlibat langsung dengan rakyat Kuba,” jelas Obama kepada CNN. Sejak menjadi Presiden AS, Obama juga berupaya untuk mencairkan hubungan kedua negara dan membentuk kembali hubungan yang harmonis. Kennedy dicari oleh revolusiner Kuba sebelum akhirnya dia ditembak mati di Dallas, AS. Obama terkadang menemukan sebuah kenikmatan tersendiri saat bernegosiasi dengan musuh-musuh AS dibanding dengan para sekutu tua AS. Seperti saat dirinya mewujudkan peristiwa penting kesepakatan nuklir dengan Iran. Strateginya yang menerapkan langkah mundur dari Timur Tengah telah membuat kesal Arab Saudi. Obama berpendapat Arab Saudi selama ini telah menjadi anak emas terlalu lama dalam beberapa kebijakan luar negeri AS. Para kritikus berpendapat penerapan dari beberapa kebijakan itu telah membawa bencana, mengklaim penarikan mundur pasukan AS dari Irak. Ketidakmauan Obama untuk menghentikan perang brutal yang berlangsung di Suriah telah memicu pertumbuhan kelompok ISIS. Namun kunjungannya ke Kuba selama tiga hari, Obama mempertaruhkan perhitungan strateginya untuk memetik hasil dengan resiko yang tinggi. Kunjungan Presiden AS ke Kuba merupakan puncak dari hasil negosiasi yang telah berlangsung selama 18 bulan terakhir. Hasilnya adalah dengan terbentuknya kembali hubungan diplomatik yang ditandai dengan dibukanya kembali kantor Kedutaan AS di Havana, Kuba akhir Agustus lalu.
Label: AS, Barrack Obama, kebijakan luar negeri AS, Kuba, Pemulihan hubungan diplomatik, peristiwa penting, Raul Castro
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar