WASHINGTON – Sebuah vaksin percobaan untuk virus Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS) meraih hasil yang menjanjikan. Percobaan dilakukan kepada binatang dan menunjukkan adanya reaksi dari sistem kekebalan tubuh. Hal ini dijadikan acuan untuk membuat vaksin bagi manusia. ... Virus yang terdeteksi pertama kali pada 2012, hingga saat ini masih belum ada vaksinnya dan telah menyebabkan banyak ketakutan. Kasus besar terakhir adalah mewabahnya virus ini di Korea Selatan beberapa bulan lalu. Dilansir AFP, Institut Nasional AS Penyakit Alergi dan Infeksi (NIAID) menyatakan, hewan tikus percobaan disuntikkan vaksin yang mana memicu produksi anti bodi yang dapat menetralkan virus. Respon imun yang cukup besar dari tikus, kemudian diujicobakan kepada monyet. Menurut kajian studi, sebelumnya saluran pernafasan monyet dilindungi agar tidak tercemar virus yang menjadi karakteristik dari MERS kemudian disuntikkan vaksin percobaannya. Hasil percobaan vaksin yang dianggap dapat menghentikan virus MERS ini dipublikasikan dalam jurnal kedokteran Nature Communications. Sekarang para peneliti sedang mengembangkan vaksin tersebut agar dapat diuji cobakan kepada manusia. Menjangkitnya wabah virus MERS di Korea Selatan menulari 180 orang serta menewaskan 36 jiwa. Namun, data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan jumlah kasus meninggal akibat MERS sebanyak 490 orang yang sebagian besar dari Arab Saudi. Keseluruhan orang yang tertular MERS sebanyak 1.368 kasus sejak 2012. Perdana Menteri Korea Selatan pada Selasa (28/7) menyatakan wabah MERS di negaranya telah berakhir. Pengumunan ini hanya berselang 23 hari dari ditemukannya kasus MERS terakhir di Korea Selatan. “Setelah menimbang berbagai keadaan, para ahli kesehatan dan pemerintah memutuskan bahwa sekarang warganya tak perlu khawatir lagi, “ucap Perdana Menteri Hwang dilansir C-MW. Pengumunan ini membawa angin segar bagi industri pariwisata di Korea Selatan, dengan datangnya 3.000 pekerja dari perusahaan farmasi China, He He Kang Yuan. Tujuan kedatangan mereka karena mendapatkan paket insentif berlibur dari tempat mereka bekerja. Mereka berangkat dari Tianjin pada Senin (27/7) menggunakan kapal pesiar dalam pelayaran selama 6 hari menuju kota Seoul dan Incheon. Tak hanya itu saja bangkitnya industri pariwisata juga dibuktikan dengan akan datangnya 15.000 pekerja farmasi lainnya dari China pada Mei 2016. Mereka berasal dari perusahaan farmasi Joymain International Development Group Inc. Ini merupakan kunjungan sebuah kelompok perjalanan terbesar menggunakan pesawat ke Korea Selatan. Sementara kota Busan juga memenangkan sebuah penawaran untuk menjadi penyelenggara acara bergengsi, FISM World Championship of Magic ke-27. Acara ini diperkirakan akan dihadiri oleh 2.500 peserta dari 50 negara. Organisasi Pariwisata Korea (KTO) juga meluncurkan rencana pemulihan pariwisata 100 hari, dengan tujuan utamanya untuk menarik perhatian para turis asing. Program pemulihan ini akan ditekankan pada hal – hal yang sudah dikenal, seperti masakan Korea, beberapa atraksi utama. Pada awal Juli, Rhee Jae-sung, wakil presiden dari KTO menyatakan bahwa tujuan rencana ini akan memanfaatkan hari – hari libur nasional di negara – negara tetangga Korea. Seperti festival Obon dan Silver Week di Jepang selama Agustus dan September. Kemudian musim libur Golden Week pada awal Oktober di China. Industri pariwisata Korea Selatan mengalami penurunan drastis sejak kasus MERS pertama terdeteksi pada Mei 2015. Penyumbang turis terbesar di negara ini berasal dari China, Hong Kong dan Taiwan.
Label: AS buat vaksin MERS, bangkitnya pariwisata Korsel, Industri pariwisata Korea Selatan, Korea Selatan, MERS, NIAID
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar