BANGKOK – Ratusan migran yang kelaparan terdampar di perairan dekat Thailand dan Malaysia. Mereka membutuhkan pertolongan secepat mungkin, setelah sebelumnya ditinggalkan oleh para oknum perdagangan manusia. Proyek Arakan, kelompok yang melindungi hak asasi etnis Rohingya dan juga mengawasi perjalanan para migran di Bay of Bengal mengatakan, telah berbicara lewat telfon dengan migran Rohingya yang masih berada diatas kapal pada Selasa siang. ...Kapal tersebut diperkirakan mengangkut 350 orang, termasuk para wanita dan anak – anak dibiarkan terdampar akibat ulah mafia penyelundup manusia asal Thailand, sebelumnya mesin kapal diberitakan rusak kemudian para penyelundup ini melarikan diri. “Mereka (para pengungsi) bercerita pada kami bahwa tidak makan dan minum selama tiga hari. Mereka meminta segera untuk diselamatkan, “ungkap Chris Lewa pendiri Proyek Arakan dilansir AFP. Ia menambahkan para pengungsi tidak mengetahui pasti keberadaan mereka dan mereka yakin berada di perairan Thailand dekat perbatasan selatan Malaysia. “Namun mereka bilang dapat melihat garis pantai, jadi kami tahu mereka dekat dengan pantai, “sambung Lewa. Proyek Arakan juga mengatakan terdapat sekitar 8.000 orang yang masih terapung dilautan. Para migran dihubungi dengan sebuah ponsel dengan nomor Thailand dan mengatakan ada 50 wanita dan 84 anak – anak di kapal. PBB telah mengingatkan bahwa ribuan migran diyakini terdampar di lautan tanpa persediaan makanan dan minuman. Mereka semua dapat tewas apabila pemerintahan negara di Asia Tenggara tidak segera melakukan pertolongan menyelamatkan mereka. Krisis ini muncul ke permukaan ketika otoritas Thailand berhasil menemukan puluhan kuburan masal di hutan terpencil tempat penampungan migran di wilayah selatan yang berbatasan dengan Malaysia. Kuburan masal ini adalah ulah dari para penyelundup manusia. Hal ini memaksa para oknum perdagangan manusia mengubah jalur pengiriman mereka dan meninggalkan korban. Meskipun kekhawatiran akan hal ini meningkat, pihak angkatan laut Indonesia mengatakan berhasil mengusir sebuah kapal yang membawa ratusan migran yang berasal dari Myanmar dan Bangladesh ke tempat yang tak diketahui. Dalam beberapa hari terakhir, hampir 2.000 orang manusia perahu berasal dari Myanmar dan Bangladesh termasuk juga etnis Rohingya telah berenang menuju pantai. Mereka berhasil diselamatkan atau dicegat oleh otoritas Malaysia dan Indonesia. Kebanyakan dari mereka berada dalam kondisi yang memprihatinkan, kurus, lemah atau dalam kesehatan yang buruk setelah berminggu – minggu di laut. Jurubicara Kepolisian Thailand, Prawut Thavornsiri pada (12/5) kepada AFP mengatakan, polisi udara menggunakan helikopter untuk menjelajahi laut Andaman untuk menemukan perahu migran. Kepolisian perairan juga melakukan patroli di wilayah pesisir pantai. “Kami harus menutup keran. Kami harus memblokir mereka, “ucap Thavornsiri. Ia menambahkan belum ada perahu baru yang terlihat di wilayah selatan perairan Thailand di Ranong dan Satun yang menjadi pintu masuk yang digunakan oknum penyelundup manusia yang menyelundupkan manusia kapal. Ali Husein, 31, pria etnis Rohingya asal Myanmar menjadi salah satu diantara lebih dari seribu orang pada Minggu dan Senin (11/5) yang berenang ke tepi pantai di Malaysia. Seperti halnya yang dilakukan kebanyakan etnis Rohingya, Hussein melarikan diri kekerasan sectarian di negara dengan mayoritas penduduknya beragama Budha. “Saya melarikan diri agar tetap hidup, “ungkap Hussein pada Selasa (12/5). Ia menambahkan, ia dan 800 orang lainnya bertahan selama 43 hari dalam sebuah kapal yang kelebihan muatan, mereka terlihat kurus karena kekurangan makanan dan minuman. Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan operasi pencarian dan penyelamatan dibutuhkan segera. “Diperlukan upaya bantuan regional. Kami tidak memiliki kapasitas untuk mencari mereka, tapi pemerintah memilikinya. Pemerintah memiliki kapal dan satelit, “ungkap Joe Lowry, juru bicara IOM cabang Bangkok. Kepada AFP Lowry mengatakan, mereka yang masih terdampar di lautan mungkin dalam kondisi parah atau mungkin tewas dalam waktu dekat. IOM merupakan organisasi antar pemerintah yang beranggotakan 157 negara.
Label: IOM, manusia perahu, Pengungsi Myanmar dan Bangladesh, pengungsi terdampar di lautan, project Arakan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar