China Ajak Vietnam Pelihara Perdamaian LCS

20.03 / Diposting oleh nivra / komentar (1)

BEIJING – China dan Vietnam akan melakukan kerjasama maritim untuk memelihara keamanan dan stabilitas di Laut China Selatan (LCS). Kerjasama akan difokuskan pada pengendalian dan mengatur perselisihan yang terjadi. Hal ini dikemukakan oleh Li Keqiang, Perdana Menteri China dalam pertemuannya dengan Nguyen Xuan Phuc Perdana Menteri Vietnam. ... Kementrian Luar Negeri China menyatakan, Perdana Menteri Keqiang saat bertemu Perdana Menteri Phuc pada Senin (13/9) mengatakan bahwa perselisihan LCS ini melibatkan kedaulatan negara dan hak maritime begitu juga dengan ‘perasaan nasional’. “China dan Vietnam harus bekerja sama, teliti mematuhi dengan tingginya angka consensus. Memelihara stabilitas maritim, mengatur dan mengendalikan perselisihan, mengedepankan kerjasama maritim, terus menumpuk konsensus. Bersama-sama memelihara perdamaian maritim dan regional, menjaga stabilitas, menciptakan kondisi untuk perkembangan dalam hubungan bilateral,” terang Li Keqiang dilansir CNA. Pemerintah China mengklaim hampir seluruh wilayah LCS dimana nilai perdagangan hasil lautnya yang mencapai USD 5 triliun (Rp. 65.904 triliun) terlewati begitu saja. Tak hanya klaim sepihak China yang memanas, Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam juga mengklaim wilayah laut ini karena dianggap memiliki sumber minyak dan gas yang cukup banyak.

Read More.. Label: , , , , , ,

KTT APEC Tekankan Keamanan LCS

19.50 / Diposting oleh nivra / komentar (0)

MANILA – Kepala negara kawasan Asia-Pasific serta Presiden Amerika Serikat (AS) Barrack Obama kemarin tiba di Filipina. Semua pemimpin negara dijadwalkan untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Kerjasama Ekonomi Asia-Pasific (APEC) yang berlangsung 18-19 November di Manila. ... Pertemuan puncak APEC yang dimulai hari ini hingga besok diwarnai dengan bayang-bayang aksi teror global yang mengguncang Paris, Perancis. Promosi perdagangan antar negara merupakan misi yang dibawa oleh ke-21 negara anggota APEC. Kemudian melambatnya pertumbuhan ekonomi global dalam kurun waktu satu tahun terakhir juga menjadi tema penting pertemuan kali ini. Sementara insiden Paris juga tak luput dalam agenda pertemuan kali ini serta upaya penanggulangan ISIS. Langkah-langkah yang dilakukan China dengan membuat pulau buatan di Laut China Selatan yang menjadi jalur primadona perdagangan laut juga menjadi perhatian khusus. Negara APEC lainnya Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei dan Taiwan yang juga turut mengklaim wilayah Laut China Selatan. Meskipun Filipina selama ini paling kuat menyuarakan kritikan terhadap kehadiran China di Laut China Selatan, namun mereka berjanji akan menjadi tuan rumah APEC yang baik bagi China. Pemerintah Filipina melipatgandakan kemanan dengan mengerahkan 20.000 anggota kepolisian dan tentara. Untuk memastikan terciptanya keamanan selama konferensi, kota Manila yang memiliki 12 juta penduduk pada minggu ini meliburkan warganya. Seluruh jalan-jalan utama kota ditutup, barikade didirikan dan kehadiran pasukan bersenjata terlihat jelas di setiap sudut kota. Presiden Filipina, Benigno Aquino memanfaatkan pertemuan ini untuk menggalang dukungan melawan China. Kapal perang milik angkatan laut Filipina buatan AS juga disiagakan di Teluk Manila untuk memberi dukungan keamanan. Presiden Obama dijadwalkan untuk berkunjung ke kapal ini dan memberikan pidatonya. Rencana pidato Obama diatas kapal Filipina sebelum dimulainya pertemuan puncak APEC lebih menekankan kepada terciptanya keamanan maritim. Salah satu staf Obama mengatakan kehadiran kapal ini merupakan suatu bentuk dukungan dan komitmen AS untuk memberikan keamanan di wilayah laut China Selatan. Kapal perang ini merupakan bagian dari paket bantuan senilai USD 250 juta (Rp 3,4 triliun) yang ditawarkan AS kepada Filipina. “Kehadiran saya disini menggarisbawahi komitmen bersama untuk keamanan di wilayah perairan ini dan dengan kebebasan navigasi,” ucap Presiden Obama dilansir AFP. Meningkatnya aktifitas China dengan membuat pulau buatan di wilayah perairan sengketa Laut China Selatan yang berdekatan dengan Filipina membuat pemerintah AS mengerahkan pesawat pembom B-52. Filipina yang pernah dianggap memiliki kekuatan militer terlemah di Asia, dalam beberapa tahun terakhir berusaha menjalin hubungan baik dengan sekutu lamanya Amerika Serikat guna memberikan dukungan melawan China. Presiden Aquino dan Presiden Vietnam Truong Tan Sang juga dijadwalkan untuk melakukan penanda tanganan perjanjian bilateral untuk memperkuat hubungan pertahanan kedua negara. Kekhawatiran keduanya terhadap aktifitas China di perairan sengketa menjadikan kemitraan strategis ini penting untuk segera terwujud. Pembahasan perairan sengketa ini tentunya akan menjengkelkan pemerintah China, mereka bersikeras bahwa ajang pertemuan APEC ini hanya fokus untuk masalah perdagangan saja. Pemerintah China juga berulang kali menegaskan bahwa AS tidak memiliki peran apapun dalam konflik di Laut China Selatan. Obama mengatakan Pemerintah Filipina akan mendapatkan sebuah kapal bekas penjaga perairan AS yang telah diubah menjadi kapal perang. Nantinya kapal ini diharapkan akan memperkuat kemampuan armada patroli laut Filipina. Obama juga menegaskan Filipina akan menerima kapal penelitian bawah laut untuk melakukan pemetaan bawah air. Juru bicara Gedung Putih menambahkan tahun ini Filipina akan menerima keseluruhan bantuan peningkatan kekuatan angkatan lautnya senilai USD 79 juta (Rp 1 triliun). “Ini akan menjadi kontribusi yang sangat penting untuk peningkatan kemampuan angkatan laut kami,” ucap Peter Galvez, jurubicara Kementrian Pertahanan Filipina. Sementara pada akhir pertemuan puncak negara anggota G-20, para pemimpin negara ekonomi besar menyepakati untuk menjaga dan meningkatkan ketahanan ekonomi global dari terpaan krisis. Kesepekatan yang tertuang dalam bentuk Leaders Joint Communike menitik beratkan kepada pemulihan ekonomi global. Investasi infrastruktur, perbaikan iklim investasi, meningkatkan keterlibatan swasta, mengembangkan pendanaan serta optimalisasi neraca lembaga keuangan internasional. “Kami berkomitmen untuk mencapai ambisi untuk meningkatkan GDP dari negara anggota G-20 sebanyak 2% pada 2018,” tulis pernyataan bersama para pemimpin, seperti dilansir Reuters. “Prioritas utama kami adalah ketepatan waktu dan pelaksanaan pertumbuhan strategi termasuk upaya dukungan dan reformasi struktur,”tulis Leaders of Communike. Para pemimpin mengatakan mereka secara hati-hati akan mengkalibrasi dan berkomunikasi dengan jelas hasil kebijakan pasar keuangan, yang pergerakannya sangat dramatis tahun ini diluar harapan terhadap kenaikan suku bunga AS.

Read More.. Label: , , , , , , ,