BEIJING – Meskipun banyak janji dan upaya bertahun-tahun untuk mengubah Asia Tenggara menjadi sebuah kesatuan pasar ekonomi, namun 10 negara didalamnya tetap bertahan terhadap perdagangan bebas serta diperkuat dengan adanya impor. Hal ini menjadi beban dari perusahaan besar. ... Penelitian yang dilakukan oleh perusahaan otomotif besar Amerika Serikat (AS) General Motors (GM) menggarisbawahi adanya kekurangan dalam hal kemajuan dari negara anggota ASEAN untuk menyelaraskan aturan perdagangan dan investasi, industri otomotif sedikit tertinggal satu dekade pada era liberalisasi perdagangan. Dalam studi yang dijalankan oleh Oxford Economics menemukan bahwa tarif barang-barang impor di negara ASEAN seperti mobil mengalami penurunan drastis. Tapi hal ini dirusak oleh adanya kebijakan industri untuk mempromosikan sebuah produk, melalui pajak serta insentif lainnya. ASEAN juga memproduksi komponen untuk tingkat lokal sehingga menyebabkan barang-barang impor tidak mendapat keuntungan. General Motors mengatakan, kebijakan pada segmen ‘mobil murah ramah lingkungan’/Low Cost Green Cars (LGCC) yang dibuat Indonesia dan kebijakan Eco2 di Thailand menghilangkan dampak positif dari tarif rendah tersebut. “Korea Selatan menjadi pusat kegiatan pabrik besar GM. Ada perjanjian perdagangan bebas antara Korea Selatan dan ASEAN. Kami berharap perjanjian ini dapat diterapkan seefektif mungkin,” ujar Matt Hobbs, Wakil Presiden hubungan pemerintahan dan kebijakan publik GM Internasional seperti dilansir Reuters. Hobbs menambahkan, situasi yang ada saat ini membuat GM tak dapat menyebarkan kendaraan buatan Korea Selatan untuk dijual secara kompetitif di negara ASEAN. Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC) dalam pertemuan tahunannya bulan lalu menyatakan tujuannya untuk menciptakan pasar tunggal dengan sedikit hambatan pada arus perdagangan, modal dan sumber daya manusia yang handal di wilayah berpenduduk 625 juta jiwa. “Pada pelaksanaannya kami telah hampir dapat mengeliminasi hambatan tariff diantara kami,” jelas Najib Razak, Perdana Menteri Malaysia dialnsir Reuters. “Sekarang kami harus menjamin untuk terciptanya gerakan yang lebih bebas dan menghilangkan hambatan yang akan memperlambat pertumbuhan dan investasi,”sambung Razak. Razak menambahkan pembuatan AEC membutuhkan waktu 12 tahun dan akan butuh 10 tahun lagi untuk pemberlakuan semua langkah yang disepakati AEC. Sektor politik yang sensitif yaitu industri pertanian, produksi otomotif dan baja akan mendapat perlindungan selama periode tersebut. Dengan terintegrasinya kegiatan ekonomi negara ASEAN dimaksudkan untuk dapat bersaing dengan China, India dan Jepang. Secara bersamaan GDP negara ASEAN sebesar USD 2,6 triliun (Rp 36 ribu triliun) akan memposisikan Asia Tenggara pada urutan ke-7 ekonomi terbesar dunia. Kendati demikian penyakit korupsi, buruknya tata kelola pemerintahan, tidak adanya transparansi para pejabat menjadi penghalang untuk penerapan integrasi secara utuh.
Label: AEC, ASEAN, Asia Tenggara, General Motors, GM Internasional, Komunitas Ekonomi ASEAN, pasar bebas, perdagangan bebas
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar