TAIPEI – Presiden Taiwan menyatakan bahwa pertemuan bersejarah dengan China merupakan langkah awal untuk memulihkan hubungan kedua negara. Sementara negara-negara lain yang berseberangan dengan China mengganggap pertemuan ini harus diwaspadai. Presiden Taiwan Ma Ying-jeou akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Singapura pada Sabtu besok. ... Kementrian Luar Negeri Tiongkok mengatakan bahwa Presiden China akan berkunjung ke Singapura pada Sabtu dan Minggu mendatang untuk memenuhi undangan Presiden Singapura Tony Tan. Kantor berita Taiwan mengatakan rencana pertemuan antara pemimpin China dan Taiwan merupakan yang pertama kalinya sejak 1949. Taiwan memisahkan diri dari daratan China setelah kekalahan Partai Nasionalis melawan Partai Komunis yang menguasai daratan pada 1949. Kendati demikian Beijing masih menganggap Taiwan sebagai bagian dari propinsinya yang terpisah. Pejabat yang tak ingin disebut namanya mengatakan tema pembicaraan nanti lebih kearah perdamaian sehingga kedua kepala negara tidak akan menanda tangani perjanjian apapun. Presiden Ma mengatakan pertemuan ini untuk memastikan masa depan hubungan lintas selat dan juga sebagai kesempatan bagi Taiwan untuk masuk ke kancah komunitas internasional. Masih ada beberapa negara yang menganggap Taiwan sebagai sebuah negara bagian. Saat berpidato kepada rakyatnya Presiden Ma memuji pertemuan ini sebagai kesejahteraan bagi generasi berikutnya. “Kedua negara selat ini harus berpikiran untuk menghilangkan permusuhan. Ini sebagai langkah awal dalam pertemuan antara kedua negara,” ucap Presiden Ma dilansir AFP. Pada 1971 Taiwan kehilangan perwakilannya di PBB, harus diberikan ke China. Hal ini menjadi pembatas gerak bagi Taiwan di panggung internasional. Hilangnya kursi PBB merupakan titik kunci kebencian bagi Taiwan. “Taiwan beberapa kali terjebak dalam kesulitan saat berpartisipasi dalam acara internasional. Kami mendapat laporan ini dari NGO,” jelas Presiden Ma. “Oleh karena itu kami ingin membahas masalah ini, untuk mencari kesepakatan bagi kiprah Taiwan di kancah internasional,”lanjut Ma. Rencana pertemuan bersejarah antara Presiden Taiwan dan Presiden China direspon negative oleh pihak oposisi. Presiden Ma dianggap berusaha mempengaruhi pemilihan presiden pada Januari 2016, dimana partai penguasa Kuomintang (KMT) pimpinan Ma yang pro China kemungkinan akan kalah dalam pemilihan. Partai oposisi Progresif Demokrat (DPP) yang menginginkan kemerdekaan dari China berpeluang besar untuk memenangi pemilu Januari mendatang. Dukungan bagi Ma dan partainya telah mengalami penurunan karena adanya anti sentimen terhadap China di Taiwan, karena meningkatnya kekhawatiran akan pengaruh Beijing. “Kami marah karena Ma akan menjual Taiwan,” ucap Hsu Ya-chi, juru bicara Serikat Solidaritas Taiwan, salah satu partai oposisi yang mencurigai adanya perjanjian rahasia antara Ma dan Xi. Sejak Ma memimpin Taiwan pada 2008, kedua negara telah menjalin kesepakatan dengan ditanda tanganinya 23 perjanjian. Hubungan perdagangan dan pariwisata telah diperluas. Hal ini juga meningkatkan keprihatinan warga tentang ketergantungan Taiwan pada perekonomian China. Masyarakat Taiwan juga menentang dukungan unifikasi ini terbukti dengan meningkatnya sentiment anti China. Pemerintahan Taiwan yang dijalankan secara demokratis juga masih dianggap sebagai wilayah China. Para pengunjuk rasa di Taipei mengungkapkan kekhawatiran mereka tentang pembicaraan Ma dan Xi yang akan berlangsung tertutup. Para politisi oposisi Taiwan juga mengungkapkan kekhawatiran serupa terkait pertemuan ini. Keamanan di sekitar Gedung Legislatif Yuan dan Kantor Presiden juga diperketat. Banyak pihak yang menduga bahwa kedua pemimpin akan menghasilkan suatu kesepakatan rahasia dalam pertemuan Sabtu mendatang. “Kami akan menjelaskan situasi aktual kepada Presiden Xi, terutama memberitahu mereka mengenai status Taiwan agar mereka dapat lebih memahami dan mengambil pertimbangan penuh ketika merumuskan kebijakan lintas selat Taiwan,” jelas Presiden Ma dilansir Reuters. “Pertemuan ini bukan menyangkut pemilu, namun didasarkan atas pertimbangan mencapai kebahagiaan untuk generasi berikutnya,” lanjut Ma
Label: Ma Ying-jeou, pertemuan bersejarah, pertemuan Taiwan dan China, Presiden China, Presiden Taiwan, Presiden Tony Tan, Singapura, Xi Jinping
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar