Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi pada Minggu mengumumkan para pemimpin negara Arab sepakat untuk bentuk kekuatan militer gabungan dibawah kepemipinan Arab Saudi. Hal ini diumumkan saat pertemuan puncak para pemimpin Arab. Kekuatan militer gabungan Arab ditujukan untuk menghancurkan milisi Syiah di Yaman. ... Pertemuan puncak yang diadakan akhir pekan lalu di Sharm el-Sheikh, Mesir masih akan mengirimkan perwakilannya dari masing – masing negara pada bulan depan untuk mempelajari bentuk kekuatan yang dibutuhkan. “Dengan asumsi tanggung jawab besar diterapkan oleh tantangan besar yang dihadapi negara – negara Arab dan mengancam kemampuannya. Secara prinsip, para pemimpin Arab telah memutuskan untuk membentuk kekuatan militer gabungan, “ucap Presiden Sisi seperti dikutip AFP. Ketua Liga Arab, Nabil al-Arabi menjelang pertemuan puncak mengatakan keputusan ini sebagian besar ditujukan untuk memerangi para jihadis yang telah terjadi di Irak dan Suriah dan telah membuat kedudukan di Libya. Pada Minggu, saat pertemua Arabi mengatakan wilayah Arab mendapat ancaman dari kekuatan yang menghancurkan yang mengancam keragaman etnis dan agama dalam referensi yang jelas bagi kelompok jihad Negara Islam. “Apa yang terpenting adalah hari ini disepakatinya sebuah keputusan penting, mengingat keributan yang melanda dunia Arab, “sambung Arabi. Mesir sangat mendorong terbentuknya kekuatan respon cepat untuk memerangi militant dan hal ini semakin mendesak setelah Arab Saudi dan sekutu Arab melancarkan serangan udara ke wilayah pemberontak Houthi di Yaman. Arabi juga menambahkan bahwa serangan akan terus berlangsung sampai pasukan Houthi menarik diri dari wilayah yang mereka kuasai dan menyerahkan semua senjata mereka. Beberapa negara Arab termasuk Mesir berpartisipasi dengan militer mereka saat kampanye. Raja Arab Saudi, Salman, mengatakan serangan akan berlangsung hingga warga Yaman telah menikmati keamanan. Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi pada awal pertemuan puncak mengajak semuanya untuk mengakhiri hanya apabila pasukan Houthi menyerah, ia menyebut pemimpin pemberontak sebagai boneka Iran. Namun begitu, Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon mendesak para pemimpin Arab untuk menempuh resolusi damai di Yaman. “Ini harapan terbesarku, bahwa saat pertemuan puncak Liga Arab ini, para pemimpin akan memberi gambaran jelas dengan cara damai untuk mengatasi krisis di Yaman, “ungkap Ki-moon. Meskipun dukungan untuk pembentukan kekuatan militer gabungan telah disepakati, masih membutuhkan waktu berbulan – bulan untuk mendirikannya dan kemudian menjalankannya. Presiden Sisi mengatakan, negara Jordan merupakan negara Arab yang paling menyambut hangat ketika ide pembentukan kekuatan gabungan ini diajukan, Yordania akan ambil bagian bersama dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Kuwait. Wakil Direktur riset Institusi Peperangan di Wahington, Aaron Reese mengatakan tiap – tiap negara akan mengerahkan kemampuan berbeda – beda. “Orang Yordania terkenal dengan kemampuan pasukan khususnya, orang Mesir sudah tentu memiliki pasukan terbanyak dan dekat dengan Libia, “tambah Reese. Sebelum serangan udara yang dilakukan Mesir pada Februari lalu kepada kelompok Negara Islam di Libia, Uni Emirat Arab juga menggunakan pangkalan udara Mesir untuk melakukan serangan udara. Mesir telah mencari dukungan PBB untuk melakukan intervensi di Libia, menolak upaya pembicaraan damai. Pertemuan puncak ini diadakan dengan pengamanan yang sangat ketat, dengan tambahan polisi dan tentara yang siap siaga dijalanan. Ketatnya pengamanan terlihat juga dari helikopter yang berpatroli diatasnya. Setiap pertemuan pemimpin Arab ini juga membahas tentang proses perdamaian Israel dan Palestina. Penetrasi yang dilakukan Negara Islam terhadap Irak, Suriah dan Libia juga menjadi prioritas utama.
Label: Irak, kekuatan militer gabungan, Liga Arab, negara Islam, Pemimpin Arab, Uni Emirat Arab
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar